Pacu Jalur di Riau (Foto: Istimewa)
Jakarta, Jurnas.com – Hari pertama festival Pacu Jalur Nasional di Provinsi Riau pada akhir pekan lalu berhasil menyedot perhatian pengunjung. Tak hanya orang tua, iven budaya berusia ratusan tahun ini juga disaksikan ribuan penonton dari kalangan muda-mudi dan anak-anak.
Pacu Jalur artinya memacu jalur atau sampan atau perahu berukuran kecil. Dalam catatan sejarah, tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda.
Awalnya, Pacu Jalur digunakan untuk memperingati kelahiran Ratu Helmina, Belanda. Sempat pula, tradisi itu menjadi salah satu alat transportasi masyarakat di pinggiran sungai, ketika merayakan hari-hari besar Islam.
Namun seiring waktu berjalan, Pacu Jalur bisa dinikmati orang banyak setelah disulap menjadi iven budaya tahunan nasional.
Koordinator Camat Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Mahasiswa Universitas Riau, Ronaldo mengatakan, tahun ini pelaksanaan Pacu Jalur memiliki empat titik jalur atau disebut pula dengan rayon. Rayon pertama berada di Kecamatan Kuantan Hilir.
Adapun tiga rayon selanjutnya terdapat di Kampung Baru Sentajo, Kecamatan Gunung Toar, dan Kecamatan Sentajo Raya. Puncak iven dilaksanakan di Taluk Kuantan pada Agustus mendatang, guna memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.
“Biasanya, pacu jalur ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut di setiap kecamatan, begitu pula di Kecamatan Pangean,” terang Ronaldo kepada Jurnas.com, pada Senin (22/7).
Pacu Jalur bukan saja soal peringatan. Mahasiswa Kukerta Universitas Riau, Gama, menyebut acara ini mampu mengeratkan kembali semangat gotong royong dan rasa kekeluargaan.
“Kami membantu proses kegiatan disini, gotong royong bersama masyarakat dan seluruh mahasiswa yang Kukerta di kecamatan Pangean,” ujar Deni, Koordinator Desa Kampung Baru Sentajo.
KEYWORD :Pacu Jalur Tradisi Budaya Riau
