Bendera kebangsaan Iran. (Foto: Leonhard Foeger/Reuters)
Teheran, Jurnas.com - Perwakilan dari negara anggota pakta nuklir yang masih tersisah akan beremu di ibu kota Australia pada Minggu (28/7). Pertemuan tersebut akan membahas bagaimana menyelamatkan kesepakatan tersebut.
"Perwakilan China, Rusia, Inggris, Perancis, Jerman dan Uni Eropa akan memeriksa masalah yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian nuklir 2015 dalam semua aspeknya," kata layanan kebijakan luar negeri Uni Eropa, Selasa (23/7).
Pertemuan mendesak di Wina yang akan diketuai Sekretaris Jenderal kebijakan luar negeri Uni Eropa, Helga Schmid dikabarkan diminta Prancis, Jerman, Inggris dan Iran.
Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) keluar dari kesepakatan nuklir yang secara resmi dikenal sebagai Komisi Gabungan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan menerapkan kembali sanksi menggigit terhadap Iran.
Di tengah meningkatnya tekanan Paman Sam, Pengawal Revolusi Iran menyita sebuah kapal tanker yang berlayar di bawah bendera sekutu AS, Inggris pada Jumat (19/7).
Penyitaan kapal milik Swedia hanya berselang beberapa hari setelah pihak Inggris menahan sebuah kapal tanker Iran pada 4 Juli di Mediterania karena dicurigai mengirim minyak ke Suriah yang merupakan pelanggaran terhadap sanksi Uni Eropa.
Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan, sepanjang sejarah, Iran sudah dan akan menjadi penjaga utama keamanan dan navigasi gratis di Teluk.
"Masih belum ada stabilitas dan keamanan yang memadai dan bertahan lama di kawasan itu," kata Rouhani Senin (21/7) malam, sembari menekankan, Teheran tidak ingin memulai konflik.
Kepala Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Hossein Khanzadi, mengatakan, Iran mengamati dengan seksama semua kapal musuh melalui Teluk menggunakan pesawat tanpa awak.
"Kami mengamati semua kapal musuh, terutama Amerika, poin demi poin dari asal mereka sampai saat mereka memasuki wilayah itu," kata Khanzadi, dikutip kantor berita YJC, Selasa (23/7).
"Kami memiliki gambar lengkap dan arsip besar pergerakan pasukan koalisi harian dan waktu demi waktu dan termasuk kapal tanker AS," sambungnya.
Kesepakatan Nuklir Uni Eropa Amerika Serikat Prancis