Bendera kebangsaan Amerika Serikat bersanding dengan bendera kebangsaan China (Foto: Johannes Eisele/AFP)
Beijing, Jurnas.com - Pemerintah China mengatakan, Amerika Serikat (AS), merusak stabilitas strategis global akibat kebijakan sepihak terhadap negara-negara besar di dunia.
Dalam buku putih pertama yang dikeluarkan sejak 2012, Kementerian Pertahanan Tiongkok memperingatkan, persaingan strategis internasional sedang meningkat sebagai akibat dari provokasi AS.
Washington, katanya, memberlakukan kebijakan sepihak, mengintensifkan persaingan di antara negara-negara utama, secara meningkatkan pengeluaran pertahanannya, mendorong kapasitas tambahan dalam pertahanan nuklir, luar angkasa, cyber dan rudal, dan merusak stabilitas strategis dunia.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Bukut putih itu juga megecam rencana AS menyediakan senjata miliaran dolar kepada Taiwan. Namun Beijing mengatakan, tidak berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan melintasi Selat Taiwan jika perlu.
"China harus dan akan dipersatukan kembali. Tiongkok memiliki tekad yang kuat dan kemampuan melindungi kedaulatan nasional dan tidak akan pernah membiarkan pemisahan bagian mana pun dari wilayahnya oleh siapa pun," katanya.
China berulang kali memperingatkan AS tentang hubungannya dengan Taiwan. Beijing memiliki kedaulatan atas pulau itu dan hampir semua negara dunia mengakui kedaulatan itu di bawah kebijakan yang dikenal sebagai One China.
AS juga mengakui kedaulatan Tiongkok atas Taiwan, tetapi sudah lama mendekati Taipei dalam upaya untuk melawan Beijing.
Sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari 2017, pemerintahannya membuka kedutaan de facto baru di Taipei dan mengeluarkan undang-undang untuk mendorong para pejabat senior AS melakukan perjalanan ke Taiwan.
Buku putih China lebih lanjut mengatakan "separatis" Taiwan adalah ancaman terbesar bagi penyatuan kembali damai pulau yang diperintah sendiri dan daratan Cina.
Ia juga memperingatkan bahwa militer Tiongkok "akan dengan tegas mengalahkan siapa pun yang berusaha memisahkan Taiwan dari China."
China tertinggal militer terbaik
Kementerian Tiongkok menguraikan rencana membangun tentara berteknologi tinggi dan modern, yang menurut laporan difokuskan untuk mengejar ketinggalan teknologi yang digunakan angkatan bersenjata di AS dan Eropa Barat.
Rencana tersebut menyerukan lebih banyak teknologi mutakhir dalam persenjataan militer, mengakuinya masih jauh di belakang militer terkemuka dunia.
"Perang berkembang ke arah perang cerdas," kata dokumen itu, mengutip meningkatnya penggunaan Inteligensi Buatan (AI), data besar, komputasi awan, dan teknologi militer berteknologi tinggi dan baru berdasarkan IT.
China, yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia, mengatakan awal tahun ini berencanameningkatkan pengeluaran pertahanannya sebesar 7,5 persen pada tahun 2019. Militernya memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia.
Kekuatan untuk perdamaian
"Militer China yang kuat adalah kekuatan besar bagi perdamaian dunia, stabilitas dan pembangunan komunitas dengan masa depan yang sama bagi umat manusia," kata buku putih itu.
Ia juga mengakui, China mengejar pengembangan nuklir untuk pertahanan diri, bukan perlombaan senjata nuklir dengan negara lain dan menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional.
KEYWORD :China Amerika Serikat Stabilitas Dunia