Ilustrasi Korea Utara uji coba rudal. (Foto: Ebrahim Noroozi / EPA)
Pyongyang, Jurnas.com - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menguji coba senjata berpemandu taktis tipe baru. Uji coba tersebut merupakan peringatan bagi Korea Selatan untuk menghentikan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS).
Pejabat Korea Selatan mengatakan, Korea Utara melakukan uji coba dua rudal balistik jarak pendek baru pada Kamis (25/7). Uji coba tersebut merupakan pertama kali sejak Kim Jong un dan Presiden AS, Donald Trump sepakat melakukan denuklirisasi bulan lalu.
Kepala Staf Gabungan Seoul (JCS) mengatakan, dua rudal diluncurkan tepat setelah fajar dari Wonsan di pantai timur. Seorang pejabat militer di Seoul mengatakan salah satu dari dua senjata itu terbang lebih dari 430 km, sementara yang lain menempuh jarak 690 km.
Laporan KCNA tidak menyebutkan Trump atau AS, tetapi mengatakan Kim Jong un mengkritik pihak berwenang Korea Selatan karena melakukan latihan bersama, yang biasanya dilakukan dengan pasukan AS.
"Kita tidak bisa tidak mengembangkan sistem senjata super-kuat nonstop untuk menghilangkan potensi dan ancaman langsung terhadap keamanan negara kami yang ada di Selatan," kata Kim Jong un menurut KCNA.
Ia menuduh Korea Selatan melakukan transaksi ganda karena Seoul satu sisi mendukung perdamaian tetapi secara bersamaan mengimpor senjata baru dan melakukan latihan militer dengan AS.
Ada hampir 30.000 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan dan manuver tahunan kedua negara tersebut telah membuat marah Pyongyang.
Presiden Korsel Upayakan Dialog dan Jalan Penyatuan dengan Pyongyang yang Dianggap Terisolasi
"Pemimpin Korea Selatan harus menghentikan tindakan bunuh diri semacam itu dan jangan membuat kesalahan dengan mengabaikan peringatan itu," kata Kim Jong un.
Dewan Keamanan Nasional Seoul percaya rudal yang diuji coba itu Korea Utara merupakan tipe baru dari rudal balistik, tetapi akan membuat penilaian akhir dengan AS.
Tes rudal balistik akan menjadi pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi tersebut.
Korea Utara menolak pembatasan itu sebagai pelanggaran atas haknya untuk membela diri.
Korea Selatan, yang mendukung upaya Korea Utara dan AS mengakhiri permusuhannya mendesak Pyongyang untuk menghentikan tindakan yang tidak membantu meredakan ketegangan. Ia mengatkan, tes itu menimbulkan ancaman militer.
Departemen Luar Negeri AS, mendesak Pyongyang menahan diri dari provokasi lebih lanjut dan mengatakan pihaknya masih mengharapkan dimulainya kembali pembicaraan tingkat kerja mengenai denuklirisasi Korea Utara.
"Kami mendesak tidak ada lagi provokasi, dan bahwa semua pihak harus mematuhi kewajiban mereka di bawah resolusi (DK PBB)," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus.
Pyongyang melakukan uji coba rudal jarak pendek yang serupa pada Mei, yang diklaim Trump pada saat itu sebagai barang yang sangat standar yang tidak akan berdampak pada hubungannya dengan Kim Jong un.
Uji coba coba rudal Kim Jong un sehari setelah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton berbicara dengan para pejabat senior Korea Selatan di Seoul.
KEYWORD :Uji Coba Rudal Korea Selatan Korea Utara Amerika Serikat