Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un (Foto: Reuters)
Seoul, Jurnas.com - Perekonomian Korea Utara menyusut untuk tahun kedua berturut-turut sepanjang 2018. Bahkan, menurut bank sentral Korea Selatan, tahun ini ekonomi Pyongyang merupakan yang terburuk sejak 1997.
Dikutip dari Reuters, pada Jumat (26/7), menyusutnya ekonomi Korut terjadi pasca dijatuhi sanksi internasional terkait proyek nuklir, serta kekeringan parah yang melanda negara tersebut.
Pada 2018, produk domestik bruto (PDB) Korut turun 4,1 persen secara riil. Angka ini terburuk sejak 1997, pasca penurunan sebesar 3,5 persen pada 2017 silam.
Seperti diketahui, Korut tidak pernah mengungkapkan statistik apapun mengenai ekonominya. Namun bank sentral Korea Selatan mengatakan informasi tersebut berasal dari berbagai sumber, termasuk agen perdagangan luar negeri Korsel.
Sementara perdagangan internasional Korut turun 48,4 persen pada 2018 akibat sanksi Amerika Serikat pada akhir 2016 dan 2017. Sanksi tersebut memangkas ekspor hampir 90 persen menurut bank Korea.
Di sektor pertambangan, terjadi penyusutan sebesar 17,8 persen karena sanksi menghambat ekspor batubara dan mineral. Adapun sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,8 persen karena kekeringan.
Berdasarkan data, populasi Korea Utara diperkirakan mencapai 25,13 juta, sedangkan pendapatan tahunan per kepala sebesar S$1.298.
Sanksi Amerika Serikat Korea Utara