Ali Akbar Salehi (Foto: Financial Tribune)
Teheran, Jurnas.com - Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi, mengatakan, Teheran sudah memulai rekonstruksi reaktor air berat Arak. Proyek yang dikerjakan bersama China dan Inggris dimulai setelah sempat terhenti.
"Komite bersama yang ditugaskan untuk mendesain ulang Fasilitas Reaktor Air Berat Arak - yang terdiri dari Iran, China, dan Inggris - menjalankan tugasnya dengan baik," kata Salehi, kantor berita parlemen Iran, ICANA melaporkan pada hari Jumat.
"Karena itu kami puas dengan kemajuan proyek karena rekonstruksi reaktor telah meningkat setelah tertunda selama beberapa bulan," tambahnya.
Reaktor Arak 40 megawatt dimaksudkan untuk menghasilkan isotop untuk penyembuhan penyakit kanker dan keperluan medis lainnya.
Di bawah kesepakatan multilateral yang awalnya ditandatangani antara Iran dan enam negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Inggris pada 2015, Iran sepakat mendesain ulang reaktor riset Arak untuk memangkas potensi outputnya dari plutonium.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Washington dan Beijing pada awalnya sudah membentuk kelompok kerja untuk membantu Iran dalam mendesain ulang fasilitas Arak.
Namun, Inggris kemudian menggantikan AS, yang secara tiba-tiba meninggalkan kesepakatan - yang secara resmi dinamai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) - pada 2018.
Salehi lebih lanjut menyoroti pentingnya teknologi nuklir untuk sektor energi negara itu, mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr sudah menghasilkan rata-rata 2,7 persen dari kebutuhan listrik Iran.
Angka itu, tambahnya, akan meningkat setelah peresmian pembangkit listrik tenaga nuklir kedua dan ketiga Bushehr, yang dijadwalkan untuk beroperasi masing-masing dalam enam dan delapan tahun mendatang.
KEYWORD :Iran China Inggris Reaktor Arak Amerika Serikat