Sabtu, 23/11/2024 14:01 WIB

Airlangga Dinilai Gagal Menggaet Pemilih Milenial

Airlangga tak begitu moncer dalam menggaet kalangan milenial untuk memilih Golkar

Lambang Partai Golkar

Jakarta, Jurnas.com - P‎engamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan, persaingan antara Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam memperebutkan kursi ketua umum DPP Partai Golkar akan semakin panas, hingga pelaksanaan musyawarah nasional (munas) 2019.

"Ini duel El Clasico atau duel Derby Milano. Ini pertarungan panas," ujar Igor kepada wartawan, Rabu (31/7).

Igor yan juga menjabat Direktur Survey and Polling Indonesia (SPIN) pun menyodorkan analisisnya. Menurutnya, Airlangga sebagai petahana punya kelemahan yang bisa membuka celah bagi Bamsoet menjadi kuda hitam.

Igor mengatakan, prestasi Airlangga sangat standar alias minim, yakni hanya sebatas mempertahankan pemilih tradisional Golkar. Bahkan Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga kalah bersaing dengan partai lain dalam menggaet pemilih baru.

"Artinya Golkar hanya mempertahankan loyalitas pemilih lamanya saja, padahal secara alamiah pemilih tradisional makin berkurang. Oleh karena itu diperlukan pemilih baru," tuturnya.‎

Igor menilai Airlangga tak begitu moncer dalam menggaet kalangan milenial untuk memilih Golkar. "Gagal mendapatkan pemilih baru, karena justru partai-partai baru yang bisa menggaet milenial," tegasnya.

Igor lantas merujuk surat dari Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie‎ yang berisi arahan tentang evaluasi terhadap kepemimpinan Airlangga. Sebab, perolehan suara dan kursi parlemen Golkar pada Pemilu 2019 turun dibandingkan pesta demokrasi lima tahun lalu.

"Ada surat dari wanbin (dewan pembina) yang menginginkan evaluasi karena dari tahun ke tahun suara Golkar turun," ungkapnya.

Karena itu jika pemilihan calon ketua umum Golkar dilakukan melalui voting, Igor menyebut Airlangga bakal harap-harap cemas. Sebab, Bamsoet sebagai penantang Airlangga bukanlah rival yang mudah ditaklukkan.

"Kalau ada voting, ada ruang dan kesempatan kepada Bambang Soesatyo sebagai kompetitor memperoleh suara untuk bisa mengalahkan Airlangga Hartarto," katanya.

Igor memprediksi ketua umum Golkar mendatang tidak akan terpilih secara aklamasi meski hanya ada dua kandidat. "Di (munas) Golkar nanti sangat besar potensi votingnya ketimbang aklamasi, karena Bamsoet juga memiliki kekuatan," tambahnya.

Meski Airlangga sebagai petahana tetap difavoritkan, Igor mengatakan peta politik di Golkar bisa berbalik. Igor lantas mencontohkan‎ persaingan antara Surya Paloh dengan Aburizal Bakrie pada pemilihan calon ketua umum saat Munas VIII Golkar di Riau pada 2009.

“Kala itu Surya Paloh primadona dalam memperebutkan posisi ketua umum. Lawannya dulu Aburizal Bakrie, tetapi kenyataanya Pak Surya Paloh kalah. Karena merasa kalah dan tidak dibutuhkan lalu mendirikan Partai Nasdem. Jadi ini (Airlangga vs Bamsoet) pertarungan deja vu," katanya.

KEYWORD :

Airlangga Hartarto Pemilih Milenial Munas Golkar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :