Sabtu, 23/11/2024 10:51 WIB

Muncul Penolakan Rektor Asing, Ini Kata Menristekdikti

Mohamad Nasir menyikapi sejumlah penolakan yang muncul, terkait wacana rekrutmen rektor asing untuk beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (Foto: Muti/Jurnas.com)

Semarang, Jurnas.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyikapi sejumlah penolakan yang muncul, terkait wacana rekrutmen rektor asing untuk beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Dia mengatakan penolakan muncul karena penggunaan rektor asing di perguruan tinggi Tanah Air merupakan hal yang baru. Padahal hal semacam ini bukan barang baru di kancah pendidikan tinggi global.

“Di perguruan tinggi dunia, namanya kolaborasi antar perguruan tinggi itu hal biasa. Rektor dari negara lain (juga) sudah hal biasa. Tapi kita belum menjadi kebiasaan,” kata Menteri Nasir usai menghadiri kegiatan `Pengambilan Sumpah Dokter ke-227 Fakultas Kedokteran` di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis (1/8).

Nasir menuturkan, banyak negara yang telah memanfaatkan rektor untuk mendongkrak peringkat perguruan tinggi. Dia mencontohkan kolaborasi rektor asing dan akademisi lokal di Singapura, China, Taiwan, Hong Kong, Norwegia, dan Arab Saudi berjalan cukup baik.

“Saya pernah ke salah universitas di Norway (Norwegia, Red). Saya tanya rektornya dari mana aslinya, dia bilang dari Jerman. Warga negara Jerman. Dia lakukan capaian saat masih di Jerman, untuk dikembangkan di Norway,” terang dia.

Hingga saat ini, Menristekdikti mengatakan pemerintah sedang melakukan pemetaan. Dia bersama Presiden Joko Widodo dan Kementerian Keuangan masih menggodok masalah anggaran, regulasi serta pengelolaan, jika nantinya rektor asing masuk ke Indonesia.

Setidaknya, kata Nasir, dua hingga lima perguruan tinggi rencananya akan diplot sebagai pilot project selama periode 2020-2024.

“Jadi intinya beri kesempatan, orang asing pun bisa jadi rektor di Indonesia. Jangan ditutup (kesempatannya),” tegas Nasir.

Menteri Nasir menambahkan, ada jaminan yang harus diteken oleh rektor asing sebelum melamar di perguruan tinggi Indonesia. Jaminan tersebut ialah mencapai 200 besar perguruan tinggi terbaik di dunia.

“Kalau tidak sanggup, ya sudah berhenti saja,” ucap dia.

Pasca wacana rektor asing mencuat, Menristekdikti mengakui sudah ada lamaran dari luar negeri, antara lain rektor dari Korea. Dia mengklaim, rektor yang melamar tersebut pernah membawa universitas di Korea ke kelas dunia.

“Sudah ada Korea, kemarin Amerika menanyakan bagaimana prosedurnya. Inggrisnya juga sudah menanyakan prosedurnya. Tapi nanti kita lihat bagaimana network-nya, kita bentuk tim,” tandas Nasir.

Seperti diketahui sebelumnya, wacana mendatangkan rektor asing mendapatkan penolakan dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI Reni Marlinawati. Dalam pernyataannya, Reni mengatakan wacana tersebut bertabrakan dengan UU Nomor 14 Tahun 2015, dan terkesan latah dengan meniru cara yang diterapkan oleh negara lain.

Penolakan juga disampaikan oleh Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana. Dia menyebut Singapura sukses dengan rektor asing karena proses belajar mengajar di negara tersebut sudah biasa dilakukan dalam Bahasa Inggris, sehingga dosen tak kesulitan membuat penelitian dalam Bahasa Inggris.

Ditambah pula, Singapura memiliki jumlah perguruan tinggi yang lebih sedikit ketimbang perguruan tinggi di Indonesia yang mencapai 4.700 perguruan tinggi.

KEYWORD :

Rektor Asing Menristekdikti Mohamad Nasir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :