Sabtu, 23/11/2024 15:53 WIB

Keluar dari Perjanjian INF, AS Percepat Rudal Balistik

NATO juga menyalahkan Rusia atas runtuhnya perjanjian itu dan berjanji untuk menanggapinya dengan cara yang terukur dan bertanggung jawab atas penyebaran rudal jelajah Moskow.

Sebuah rudal Harpoon diluncurkan dari kapal penjelajah rudal berpemandu kelas Ticonderoga USS Shiloh (CG-67) selama latihan penembakan langsung pada 15 September 2014. (Foto: Angkatan Laut AS)

Washington, Jurnas.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mempercepat pengembangan sistem pelayaran baru dan rudal balistiknya setelah keluar dari Perjanjian Nuklir Jangka Menengah (INF).

Menteri Luar Negeri Mike AS Pompeo mengumumkan secara resmi keluarnya Washington dari perjanjian era Perang Dingin pada Jumat (2/8) waktu setempat. Ia menuding Rusia menghancurkan perjanjian tersebut.

NATO juga menyalahkan Rusia atas runtuhnya perjanjian itu dan berjanji untuk menanggapinya dengan cara yang terukur dan bertanggung jawab atas penyebaran rudal jelajah Moskow.

Tak lama setelah pengumuman itu, Menteri PertahananAS, Mark Esper mengatakan Gedung Putih sudah mulai bekerja untuk mengembangkan pelayaran keliling yang bergerak, konvensional, dan rudal balistik.

"Departemen Pertahanan akan sepenuhnya mengejar pengembangan rudal konvensional yang diluncurkan di darat ini sebagai tanggapan yang bijaksana atas tindakan Rusia," ujar Esper.

Esper melanjutkan dengan mengatakan, Washington akan bekerja sama dengan sekutunya dalam menerapkan Strategi Pertahanan Nasional, melindungi pertahanan nasional mereka dan membangun kapasitas mitra.

Menyusul pengumuman AS, Moskow juga menyatakan akhir resmi dari perjanjian pengendalian senjata.

AS dijadwalkan meninggalkan perjanjian itu pada 2 Agustus, batas waktu yang ditetapkan Presiden Donald Trump pada Februar silami.

Washington mengatakan kegagalan Moskow mematuhi perjanjian itu adalah alasan utama di balik keputusan penarikan itu. Rusia, bagaimanapun, mengatakan belum melanggar perjanjian itu dan percaya AS berencana untuk meninggalkan kesepakatan itu sebagai bagian dari rencananya untuk mengembangkan rudal canggihnya sendiri.

Menurut laporan, Washington melihat manfaat dalam mengembangkan senjata baru sebagai bagian dari kebijakan barunya untuk menghadapi China dan Rusia.

Bulan lalu, Esper mengatakan meninggalkan perjanjian itu akan membebaskan militer AS untuk tidak hanya berurusan dengan Rusia, tetapi juga China.

Namun, pejabat AS lainnya memperingatkan keputusan itu akan membahayakan program pengujian dan penelitian rudal masa depan negara itu karena Dewan Perwakilan Rakyat yang dikontrol Demokrat tidak akan menyediakan dana yang memadai.

KEYWORD :

Perjanjian Nuklir Jangka Menengah Amerika Serikat Rusia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :