Sabtu, 23/11/2024 15:46 WIB

Zarif: AS Seharusnya Beradaptasi Bukan Mengucilkan Diri

Washington keluar dari perjanjian itu terjadi tak lama setelah AS memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia atas dugaan perannya dalam meracuni mantan mata-mata di Inggris pada tahun 2018.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak dapat mengubah fakta bahwa kekuatan global bergeser mendukung Iran, Rusia dan China karena sanksi dan membunuh sejumlah kesepakatan.

"Washington seharusnya beradaptasi dengan realitas baru di panggung dunia dan berhenti mengasingkan diri," kata Zarif lewat sederet unggahan di akun Twitternya pada Jumat (2/8).

Pernyataan itu dilontarkan hanya beberapa jam setelah AS secara resmi menarik diri dari Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) dengan Rusia, perjanjian kontrol senjata era Perang Dingin yang ditandatangani antara kedua pihak pada 1987 .

Washington keluar dari perjanjian itu terjadi tak lama setelah AS memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia atas dugaan perannya dalam meracuni mantan mata-mata di Inggris pada tahun 2018.

Pada Kamis (1/8), Presiden AS, Donald Trump juga mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif tambahan 10 persen pada impor China senilai USD300 miliar mulai bulan depan sebagai bagian dari konflik perdagangan yang sedang berlangsung dengan China.

Bukan hanya itu, Washington juga telah meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dan mengeluarkan sanksi ekonomi yang keras terhadap Republik Islam.

"AS harus berhenti mengisolasi diri & beradaptasi dengan realitas global baru. Perdagangan & kekuasaan internasional sedang bergeser: baik terorisme ekonomi terhadap China & Iran maupun keluar dari Perjanjian INF dengan Rusia tidak akan membalikkan itu," tulis Zarif.

Dalam cuitan lanjutannya, diplomat Iran itu mengkritik AS karena praktik anakronistiknya yang berusaha menahan apa yang dianggapnya sebagai "Kekuatan Besar" melalui sanksi yang melumpuhkan.

Zarif memberikan cuplikan dari berita harian Daily Telegraph yang bertanggal 19 April tentang permohonan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo kepada aliansi militer NATO untuk bersatu melawan kekuatan besar dari Rusia, China dan Iran.

Pompeo menggunakan konsep klasik persaingan kekuatan besar  yang mengacu pada pola khusus hubungan antara kekuatan saingan di abad ke-19 dan awal abad ke-20.

"Tampaknya paranoia @SecPompeo tentang Kekuatan Besar menjadi fobia sejati," kata Zarif. "Bangun: Era" Kekuatan Besar "sudah lama berlalu."

KEYWORD :

Amerika Serikat Donald Trump Iran Mohammad Javad Zarif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :