Anggota pertahanan sipil Suriah, yang dikenal sebagai White Helmets, membawa seorang tandu yang ditarik keluar dari puing-puing bangunan yang runtuh setelah serangan udara yang dilaporkan oleh pasukan pro-rezim terhadap Maaret al-Numan di provinsi barat laut Idlib di Suriah. pada 23 Juli 2019. AFP
Damaskus, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) menyambut gencatan senjata di wilayah Idlib barat laut Suriah, pada Minggu (4/8), setelah berbulan-bulan aksi pemboman yang menyebabkan korban jiwa di pihak warga sipil.
Serangan udara di provinsi Idlib terhenti pada Jumat lalu, pasca rezim Suriah menyetujui gencatan senjata dengan syarat pemberontak pendukung Turki menerapkan zona penyangga di daerah tersebut.
Sebagian besar wilayah dan bagian Hama, Aleppo, dan Latakia yang saat ini menampung sekitar tiga juta orang, dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham, sebuah kelompok jihad yang dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaeda Suriah.
Jurgen Klopp Tolak Tawaran Latih Timnas AS
Daerah yang seharusnya dilindungi dari serangan besar-besaran pemerintah di bawah kesepakatan Turki-Rusia pada September tahun lalu, telah mendapat serangan yang meningkat dari Damaskus dan pendukungnya Moskow sejak akhir April.
Pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad menuduh Turki menyeret kakinya dalam melaksanakan kesepakatan, yang menyediakan zona penyangga hingga 20 kilometer (12 mil) antara kedua belah pihak, bebas dari persenjataan berat dan sedang.
Washington menyambut gencatan senjata bersyarat, tetapi "serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil harus dihentikan", kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.
"Amerika Serikat percaya tidak akan ada solusi militer untuk konflik Suriah, dan hanya solusi politik yang dapat memastikan masa depan yang stabil dan aman bagi semua warga Suriah," katanya.
Jurgen Klopp Tolak Tawaran Latih Timnas AS
AS juga menegaskan kembali dukungannya untuk upaya perdamaian yang dipimpin PBB, dengan Ortagus menyebutnya "satu-satunya jalan menuju solusi politik".
Sejak akhir April, 790 warga sipil tewas dalam serangan rezim dan Rusia, kata pengamat Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris.
Pertempuran pada periode yang sama telah merenggut nyawa hampir 2.000 pejuang, termasuk 900 loyalis rezim, menurut monitor.
Lebih dari 400.000 orang telah mengungsi dan puluhan rumah sakit dan sekolah rusak sejak April, menurut PBB.
Konflik Suriah telah menewaskan lebih dari 370.000 orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka sejak itu dimulai dengan penindasan brutal terhadap protes anti-pemerintah pada 2011.
KEYWORD :Amerika Serikat Suriah