Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Gubernur Nurdin Abdullah
Jakarta, Jurnas.com - Keberhasilan PDI Perjuangan memenangkan Pemilu 2014 dan 2019 dimulai dengan langkah organisatoris, melibatkan para kadernya yang duduk sebagai kepala daerah.
"Langkah itu kemudian terinstitusionalisasi menjadi sekolah kepala daerah yang dipelopori partai dipimpin Megawati Soekarnoputri," ujar Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dalam diskusi `Kesiapan PDI Perjuangan menuju Pilkada 2020 dan Testimoni Para Kepala Daerah` di Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Acara itu menghadirkan empat kepala daerah berperestasi yang diusung DPP PDI Perjuangan (PDIP). Yakni Gubernur Sumsel Nurdin Abdullah, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Bupati Puncak Willem Wandik, dan Bupati Boven Digul. Dari Unsur DPP PDIP hadir Bambang DH. Sementara Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha menjadi narasumber.
Hasto menceritakan ketika PDIP berada di luar pemerintahan sejak 2004, pihaknya melakukan upaya di tahun 2005 yakni memfungsikan platform pemerintahan daerahnya. Saat itu, beberapa kepala daerah berprestasi dikumpulkan.
"Termasuk Pak Jokowi. Hasilnya Hasta Prasetya yang pada 2010 menjadi Dasa Prasetya partai," ujar Hasto.
Dari situ, lanjutnya, PDIP melaksanakan sekolah untuk para calon kepala daerah. Para kepala daerah yang dinilai berhasil dalam kerjanya, diundang untuk mengajar di sekolah itu. Bukan hanya bersumber dari internal, para kepala daerah berhasil dari eksternal seperti Ridwan Kamil, juga diminta membagi pengalamannya.
"Inilah upaya kami menampilkan wajah politik yang membangun peradaban lewat mencetak kader partai yang baik," ujar Hasto.
"Dan kepala daerah kami itu dididik, bukan kepala daerah yang dibajak dari parpol lain. Ini akhirnya menghasilkan kerja yang baik juga. Kami memperoleh hasil baik di pilkada yang senapas dengan pemilu legislatif dan Pilpres," bebernya.
Bambang DH mengatakan pihaknya memang terus memperbaiki pola-pola rekrutmen calon kepala daerah sekaligus pila kaderisasi. Berbagai disiplin ilmu diterapkan seperti psikotest, fit and proper test, hingga pelatihan-pelatihan.
"Kita cek semuanya. Dari ideologinya, pemahaman atas wilayah yang dipimpin, dan komitmen terhadap Konstitusi negara kita," kata Bambang DH.
Hasilnya, PDIP memenangkan 50,37 persen pilkada serentak, dan hasilnya menjadi modal memenangkan pertarungan Pilpres lalu. Kata Bambang, di kongres V di Bali pada 8-10 Agustus mendatang, partainya akan membahas kembali cara mengoreksi sehingga sistem yang ada semakin sempurna.
"Itu nanti akan kita tentukan di kongres," tukas Bambang.
Direktur Poltracking Hanta Yuda mengakui bahwa di Pemilu 2019, PDI Perjuangan adalah partai yang paling solid mendukung pasangan Jokowi-KH Ma`ruf Amin sekaligus berhasil mencatat rekor sebagai partai politik (Parpol) pemenang pemilu dua kali berturut-turut.
"Data survei kami, pemilih paling solid dari Pak Jokowi, yang angkatnya di atas 95 persen adalah PDI Perjuangan. Begitupun di pasangan 02, paling solid adalah Gerindra. Nah kalau Nasdem, dan Golkar relatif terbelah, tak terlalu kuat soliditasnya," kata Hanta Yudha.
Hanta menilai tingkat pelembagaan (institusionalisasi) parpol terkuat di Indonesia memang dipegang oleh PDIP. Dan sangat solid karena nyaris tanpa ada pertumbukan antarfaksi. Selain itu, PDIP punya figur kuat dalam wujud Megawati sebagai jangkar utama soliditas. Selain itu adalah figur Jokowi sebagai pemberi credit poin, dan para kepala daerahnya.
"Dari data yang ada, daerah yang dipimpin oleh kader PDIP, berkorelasi positif juga dengan prestasi pemilu legislatifnya," kata Hanta.
"Selama ini, PDIP berhasil memadukan party id dan figure id. Jadi memadukan strategi untuk menarik masyarakat yang pilihannya dipengaruhi oleh parpol, dan yang pilihannya dipengaruhi figur."
Membajak Kader Sekolah Calon Kepala Daerah