Wakil Presiden pertama Iran, Eshaq Jahangiri (Ebrahim Noroozi/Associated Press)
Teheran, Jurnas.com - Wakil presiden pertama Iran, Es`haq Jahangiri, dengan tegas melarang penggunaan intimidasi sebagai metode saat berurusan dengan Republik Islam.
Ia menegaskan kembali sikap negara itu bahwa dialog adalah satu-satunya jalan keluar dari semua ketegangan yang ada.
"Logika dan dialog adalah satu-satunya solusi untuk semua masalah, agar penindasan terhadap Republik Islam tidak mengarah ke mana pun," Jahangiri saat berpidato di sebuah pertemuan di kota Mashhad, Kamis (8/8).
"Eropa dan Barat sudah menyaksikan kekuatan Iran di berbagai bidang, dan sekarang mencari solusi untuk masalah mereka dengan negara kami," ujar Jahangiri.
Komentar itu muncul saat pihak Eropa pada perjanjian nuklir 2015 dengan Iran berusaha keras untuk memenuhi permintaan negara itu untuk menuai keuntungan bisnisnya berdasarkan kesepakatan itu.
AS meninggalkan perjanjian itu, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Mei lalu, dan mengembalikan sanksi yang telah dilepaskan oleh perjanjian tersebut.
Sejak itu, Teheran bersikera, para penandatangan yang tersisa harus memberikan perjanjian lebih dari sekedar basa-basi setelah keputusan ilegal Washington.
Iran bersikeras, pihaknya hanya akan tetap menjadi pihak dalam JCPOA selama ia terus memperoleh manfaat ekonomi yang secara kontrak menjadi haknya.
"Mereka Washington dan sekutunya) percaya, masalah ekonomi dan tekanan [yang dihasilkan dari penarikan AS dari kesepakan nuklir akan menyebabkan kekacauan dan ketegangan di Iran," kata Jahangiri.
"Namun hari ini, kami menyaksikan bahwa kondisi ekonomi lebih baik daripada tahun lalu. Situasinya masih sulit, tetapi ekonomi telah stabil dan berhasil melewati turbulensi," kata wakil presiden pertama Iran.
KEYWORD :Kesepakatan Nuklir Uni Eropa Amerika Serikat Prancis Es`haq Jahangiri