Festival Budaya Manggarai
Jakarta, Jurnas.com - Komunitas Perempuan Manggarai (KPM) Jakarta menginisiasi kegiatan Festival Budaya Manggarai yang akan digelar di Anjungan NTT, TMII pada Sabtu dan Minggu (17-18/8/2019).
Dalam kegiatan tersebut, KPM kerjasama dengan Komunitas Sanggar Ca Nai Kalimalang dan Ikatan Keluarga Manggarai Kebon Jeruk Jakarta (IKMKJ). Acara tersebut sekaligus untuk memperingati dan memeriahkan HUT RI ke-74.
Tak hanya pentas budaya, festival juga mempromosikan beberapa makanan khas lokal Manggarai, ragam hasil pertanian, hasil kerajinan dan tenunan Manggarai yang selama ini sudah dikelola oleh beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) resmi maupun perorangan.
Ketua Panitia Festival, Emmiliana A.K mengatakan globalisasi termasuk globalisasi budaya bukanlah sebuah ancaman tetapi justru menjadi peluang untuk menghantar budaya lokal di pentas internasional tanpa harus kehilangan identitasnya.
“Karakter budaya lokal Manggarai bisa kehilangan identitasnya dan bahkan warna budaya itu sendiri akan luntur apabila kita sebagai pelaku sejarah terbawa arus gloablisasi tanpa bisa mempertahankan identitas khas budaya yang kita miliki,” ujar Emmiliana A.K dalam konferensi pers di Anjungan NTT, TMII, Minggu (11/8/2019).
Emmilana pun meminta agar budaya Manggarai harus tetap berdiri kokoh dengan keaslian identitasnya yang syarat nilai kehidupan. “Saya berharap, keanekaragaman budaya Manggarai ini semakin dikenal luas tidak hanya oleh masyarakat Manggarai sendiri tetapi orang luar Manggarai pun bisa menikmati kemeriahan dan keunikannya, seperti tarian Caci, Ndudu Ndake, Danding, Sanda dan Mbata,”tuturnya.
Sementara Ketua IKMKJ, Libertus Jehani mengatakan, pihaknya dalam acara tersebut nanti didapuk sebagai tamu undangan (Meka Landang). Sementara Sanggar Ca Nai sebagai pihak yang mengundang.
"Nanti yang berhadapan dengan kami adalah sanggar Ca Nai. Dalam kegiatan ini kami sudah persiapkan empat bulan yang lalu, kita sudah mulai," kata Libertus.
Menurut Lubertus, untuk tarian Caci, pihaknya melibatkan 30 para penari, tarian Danding melibatkan 80 personil dan tarian Ndundu Ndake berjumlah 10 orang yang terdiri dari para gadis nan cantik. "Kita datangkan semua atribut dari Manggarai dan sudah sampai barang-barangnya," imbuhnya.
Sedangkan Ketua Sanggar Ca Nai Kalimalang, Ronny Amal mengatakan, tarian caci tidak mempertontonkan kekerasan fisik. Akan tetapi tarian caci merupakan budaya yang mengandung banyak nilai seni.
"Caci adalah sebuah seni. Caci pertarungan satu lawan satu. Nilai seni dari caci dapat dilihat dari cara berpakaian, cara memukul dan menangkis," katanya.
Roni berharap festival budaya tersebut bisa menjadi wadah para generasi penerus di perantauan untuk tetap mempertahankan budaya warisan leluhur tersebut. "Neka hemong kuni agu kalo (jangan lupa tanah kelahiran atau budaya)," imbuhnya.
Pertahankan Budaya
Ketua KPM, Josefina Agatha Syukur menegaskan, melalui kegiatan tersebut pihaknya ingin mempertahakan keaslian budaya Manggarai. Josefina menegaskan, pihaknya menentang keterlibatan perempuan dalam tarian caci. "Kalau ada (tarian) caci yang dilakukan oleh perempuan itu yang perlu kita hindari itu, tidak boleh ada," tegasnya.
Josefina menambahkan, pihaknya akan menjadi garda terdepan mempertahankan budaya caci yang telah turun temurun diwariskan secara historis oleh nenek moyang orang Manggarai.
"Jadi begini, apa yang sudah menjadi ada itu akan tetap dipegang teguh oleh KPM. Kalau KPM berada di depan justru KPM mau mengembalikan semua yang menjadi budaya Manggarai," tegasnya.
"Jadi KPM ini menyelenggarakan acara begini bukan berarti mau menunjukkan kami setara, bukan. Karena kami sudah tahu bahwa kami memang setara, kami tidak pernah dilakukan tidak setara oleh laki-laki Manggarai," tukasnya.
KEYWORD :Komunitas Perempuan Manggarai festival budaya