Rabu, 27/11/2024 20:50 WIB

Israel-UEA Teken Kesepakatan Pesawat Mata-mata Bernilai jutaan dolar

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan, orang di balik pengadaan pesawat itu adalah pengusaha UEA dan pengusaha Israel, Kochavi.

Gambar tak bertanggal ini menunjukkan pesawat mata-mata Uni Emirat Arab, dalam penerbangan uji coba di Inggris, sebelum dikirim ke kerajaan Teluk Persia. (Foto melalui koran Haaretz Israel)

Abu Dhabi, Jurnas.com - Sebuah laporan mengungkapkan, Uni Emirat Arab (UEA) menyegel kesepakatan rahasia dengan pemerintah Israel beberapa tahun lalu untuk memperoleh pesawat pengintai canggih.

Menurut dokumen yang dilihat surat kabar Israel Haaretz, kesepakatan itu sekitar tiga miliar shekel atau USD846 juta. Setidaknya sebagian dari jumlah ini dibayarkan secara tunai.

Sebuah pemeriksaan Haaretz atas ratusan dokumen dan korespondensi email bocor dari firma hukum Appleby menunjukkan bahwa militer UEA berusaha untuk memperoleh dua pesawat mata-mata.

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan, orang di balik pengadaan pesawat itu adalah pengusaha Mata Mati Israel, Kochavi.

Kochavi, melalui perusahaan bisnisnya perusahaan Swiss AGT International, membeli dua jet eksekutif dari perusahaan Kanada Bombardier (nomor seri 9494, 9517) pada 2012, dengan harga sekitar 43 juta euro per pesawat.

AGT juga bertanggung jawab untuk menyediakan sejumlah besar sistem yang dipasang di pesawat.

Namun, peningkatan itu sendiri dilakukan perusahaan Inggris Marshall, dikontrak oleh AGT, sebagai bagian dari kesepakatan senilai hampir USD100 juta.

Anehnya, nama Israel sama sekali tidak ada dari ratusan ribu kata yang menggambarkan transaksi secara detail. Israel hanya disebutkan dalam satu dokumen yang berasal dari Swiss yang menggambarkan struktur AGT. Disebutkan Kochavi sebagai warga negara Israel.

Laporan itu muncul ketika The Wall Street Journal mengungkapkan awal tahun ini bahwa Arab Saudi dan UEA secara teratur bertukar intelijen dengan pemerintah Israel karena ancaman dari Iran.

Perdagangan Israel dengan negara-negara Teluk Persia diperkirakan mencapai sekitar USD1 miliar per tahun, menurut sebuah studi yang dirilis Institut Tony Blair untuk Perubahan Global Agustus lalu.

Jamal al-Suwaidi, pendiri Pusat Studi Strategis dan Penelitian Emirates, mengatakan kepada surat kabar Inggris The Guardian lewat wawancara pada Maret, masalah Palestina tidak lagi menjadi agenda utama di negara-negara Teluk Persia.

"Penyebab Palestina tidak lagi di garis depan kepentingan Arab, seperti dulu selama beberapa dekade. Ini sudah tak jadi prioritas dengan tajam mengingat tantangan, ancaman dan masalah yang dihadapi negara-negara di kawasan ini," sambungnya.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengatakan pada pertemuan para menteri di Yerusalem al-Quds pada 6 Agustus, bahwa Tel Aviv menuju normalisasi transparan dan menandatangani perjanjian dengan sejumlah negara pesisir Teluk Persia.

Baru-baru ini, kata Katz, bertemu dengan pejabat tingkat tinggi dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk meningkatkan hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.

Ia lebih lanjut mencatat, keduanya mencapai perjanjian substansial. "Kami tidak memiliki konflik dengan mereka (negara-negara Arab)," ujar Katz.

Katz mengunjungi ibu kota Emirat Abu Dhabi pada 30 Juni untuk menghadiri konferensi lingkungan hidup PBB, di mana ia membahas kerja sama melawan Iran, serta kolaborasi ekonomi dan transportasi, lapor jaringan berita televisi i24NEWS Israel.

Pada 26 Oktober tahun lalu, Menteri Olahraga dan Budaya Israel Miri Regev juga berkunjung ke UEA untuk mendampingi tim judo Israel di Abu Dhabi Grand Slam 2018.

Kunjungannya ke UEA menandai yang pertama dari jenisnya oleh seorang menteri Israel ke negara pesisir Teluk Persia.

Presiden Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC) mengatakan Desember lalu bahwa kepala staf militer Israel saat itu, Gadi Eisenkot, diam-diam melakukan perjalanan dua kali ke UEA sebulan sebelumnya, dan telah bertemu dengan para pejabat senior di sana.

Mort Fridman lebih lanjut mencatat bahwa perjanjian tentang penjualan perangkat keras militer Israel ke UEA diteken selama pertemuan.

Awal tahun ini, rezim Israel meluncurkan kembali "kedutaan virtual" dalam upaya untuk "mempromosikan dialog" dengan negara-negara Arab Teluk Persia.

Negara-negara Arab - kecuali Yordania dan Mesir - tidak memiliki hubungan formal dengan rezim Israel.

KEYWORD :

Pesawat Pengintai Uni Emirat Arab




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :