Minggu, 24/11/2024 03:31 WIB

Upaya Perdamaian Korea, Megawati: Kedepankan Musyawarah Mufakat

Musyawarah mufakat adalah suatu metode komunikasi politik yang membuka ruang dialog terbuka tanpa hasrat dominasi terhadap pihak lain

Megawati Soekarnoputri dalam forum internasional di Korea

Seoul, Jurnas.com - Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri, menyatakan musyawarah mufakat yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila adalan jalan yang sebaiknya ditempuh dalam mendorong perdamaian Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut).

"Dalam forum ini pun saya menawarkan kembali metode demokrasi yang ada di dalam Pancasila, yaitu Musyawarah dan Mufakat. Saya sangat berharap, setelah perdamaian Semenanjung Korea tercapai, dapat segera tercapai pula sebuah kesepakatan baru, yang diikuti langkah-langkah konkret kerjasama antar dua negara," kata Megawati dalam pidatonya di DMZ International Forum on the Peace Economy.

Di arena yang digelar di Lotte Hotel, Seoul, Kamis (29/6/2019), Megawati menjadi salah satu pembicara utama bersama mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroder, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, Presiden pertama Mongolia Punsalmaagiin Ochirbat, serta beberapa tokoh penting lainnya dari Rusia, AS, dan Norwegia.

"Musyawarah mufakat adalah suatu metode komunikasi politik yang membuka ruang dialog terbuka tanpa hasrat dominasi terhadap pihak lain. Tema-tema yang telah disepakati, lalu dibicarakan tidak dengan paradigma mayoritas dan minoritas," tambah Megawati.

Di hadapan ratusan lebih hadirin peserta acara, Megawati menjelaskan musyawarah mufakat adalah prinsip demokrasi yang terkandung dalam Pancasila, Ideologi Bangsa dan Dasar Negara Indonesia. Lima prinsip yang menjadi penuntun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu; Ketuhanan Yang Maha Esa, nasionalisme, internasionalisme, demokrasi, dan keadilan sosial.

Metode demokrasi yang ada di dalam Pancasila adalah Musyawarah dan Mufakat. Dan itu membuka dialog terbuka tanpa dominasi. Metode itu mendorong pencapaian satu kesepakatan, yang di dalam kesepakatan itu terpatrikan keputusan politik tindakan afirmasi negara kepada rakyat.

"Terutama bagi kelompok yang termarginalkan akibat sistem politik yang ada. Bukan suatu hal yang mudah untuk dijalankan, tetapi bukan berarti tidak mungkin," ujar Megawati.

Pada kesempatan itu, Megawati sempat terisak dan menitikan air mata, saat menyampaikan pesan Presiden RI pertama Sukarno atau Bung Karno tentang perdamaian di Korea.

Ia membeberkan sejarah panjang Indonesia dan dirinya terlibat dalam proses perdamaian Korsel dan Korut. Dan proses ini pula yang membuatnya selalu mendorong musyawarah dan mufakat itu untuk perdamaian kedua Korea.

Dijelaskannya, enam puluh tiga tahun yang lalu, tepatnya tahun 1965, ada satu peristiwa bersejarah yang tidak pernah hilang dari hati dan ingatannya. Saat itu di Jakarta, Bapak Bangsa Korea Utara, Kim Il-sung bertemu dengan Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno.

Sebagai putri Soekarno, ia belajar untuk selalu membantu perjuangan menyatukan Korea Selatan dan Korea Utara di Semenanjung Korea. Dia pun mengutip pesan Soekarno saat itu kepadanya.

“Berdirilah tidak untuk memilih Korea Selatan atau Korea Utara. Pilihlah jalan perdamain. Pegang Teguh ideologi Pancasila yang akan menuntunmu ke jalan perdamaian," ujar Megawati, dengan suara perlahan karena tampak berusaha menahan tangis.

"Jalan ini akan mempertemukanmu dengan pemimpin dan rakyat kedua negara, yang sama-sama berjuang untuk perdamaian dan kedaulatan Korea. Dan memang itulah yang terjadi hingga saat sekarang," tambah Megawati mengenang pesan Soekarno.

Sementara Perdana Menteri Korea Selatan, Lee Nak Yeon, dalam pernyataannya melalui rekaman video mengakui topik pembahasan di DMZ adalah hal menarik. Sebab Korut dan Korsel sudah mengalami konflik lebih dari 70 tahun. Dan akhir-akhir ini ada perubahan lebih baik.

"Memang belum sempurna tapi perdamaian sudah dimulai," kata Lee Nak Yeon.

Yang terlihat adalah zona demiliterisasi Korea (Korean Demilitarized Zone/DMZ) yang merupakan wilayah terdepan dari konflik kedua negara. Sekarang wilayah itu perlahan sudah menuju zona damai. Berbagai langkah terus dilakukan. Perubahan-perubahan ke arah lebih baik juga berjalan.

"Memang jalan menuju perdamaian tak mulus. Tapi kita punya tujuan sama menuju perdamaian, karena hanya dengan itulah kita mencapai kesejahteraan bersama," kata Lee Nak Yeon.

KEYWORD :

Perdamaian Korea Utara Korea Selatan Musyawarah Mufakat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :