Minggu, 24/11/2024 00:47 WIB

Kesepakatan Taliban Tercapai, AS Tak Tarik Semua Pasukan di Afghanistan

Trump melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak akan melakukan penarikan penuh dan bahwa Washington akan terus memaksa untuk mengumpulkan intelijen tinggi.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Washington, DC, 1 Agustus 2019. (Foto: AFP)

Washington, Jurnas.com - Presiden Donald Trump mengatakan, Amerika Serikat (AS) akan tetap menyimpan ribuan pasukan di Afghanistan kendati Washington mencapai kesepakatan dengan Taliban.

Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan radio Fox News bahwa tingkat pasukan AS di Afghanistan akan turun menjadi 8.600 jika kesepakatan tercapai.

"Kami akan pangkas pasukan menjadi 8.600 dan kemudian kami membuat keputusan dari sana. Kami akan selalu hadir," kata Trump pada Kamis (29/8).

"Jika pasukan Afghanistan  kembali menyerang pasukan AS, maka kami akan kembali mengerahkan pasukan dengan jumlah yang tidak pernah terlihat sebelumnya," tambahnya.

Trump melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak akan melakukan penarikan penuh dan bahwa Washington akan terus memaksa untuk mengumpulkan intelijen tinggi.

Washington sudah mengadakan pertemuan dengan Taliban sejak setidaknya 2018, ketika Trump mengatakan ingin mengakhiri keterlibatan militer AS di Afghanistan.

Taliban, yang memiliki pengaruh di sekitar setengah wilayah Afghanistan, sudah mengadakan beberapa putaran pembicaraan langsung dengan para pejabat AS di ibukota Qatar, Doha sejak Oktober.

Negosiasi berlangsung hampir 18 tahun setelah AS menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban yang berkuasa. Pasukan AS pertama kali dikirim ke Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 di AS.

Taliban mengatakan kesepakatan damai apa pun tergantung pada keluarnya pasukan asing dari Afghanistan.

Baru-baru ini, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, mengatakan, kedua belah pihak sudah dekat untuk mencapai kesepakatan yang akan memungkinkan Washington mengakhiri perang terpanjang dan menyusutkan jumlah pasukan di Afghanistan.

Sebelumnya, Rabu (28/8), Amnesty International mendesak Washington dan Taliban untuk mempertimbangkan hak asasi manusia dalam kesepakatan apa pun.

"Setiap perjanjian damai tidak boleh mengabaikan suara rakyat, suara para korban, tidak boleh mengabaikan seruan mereka untuk keadilan dan pertanggungjawaban atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat lainnya," kata wakil Direktur Amnesty Asia Selatan, Omar Waraich.

Presiden Ashraf Ghani, yang pemerintahannya tidak disertakan dalam perundingan baru-baru ini, mengatakan hanya warga Afghanistan yang harus memutuskan nasib mereka bukan di luar kekuatan bahkan jika mereka adalah sekutu.

Ia mengatakan perdamaian hanya mungkin terjadi dengan kesepakatan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.

KEYWORD :

Donald Trump Amerika Serikat Afghanistan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :