Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri luar negeri Inggris
Jakarta, Jurnas.com - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan akan memilih mati daripada menunda Brexit setelah bulan depan, ketika ia mendesak anggota parlemen oposisi yang menentang rencananya untuk mendukung pemilihan awal.
Anggota parlemen di House of Commons minggu ini mengesahkan RUU yang bisa menghentikan Johnson membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan perceraian dengan Brussels.
Selain itu, mereka juga menolak seruannya untuk pemilihan cepat untuk menyelesaikan kebuntuan politik yang telah menandai tiga tahun terakhir sejak referendum untuk Brexit.
Jajak Pendapat di Inggris Tunjukkan Kepunahan Elektoral Partai Konservatif Pimpinan PM Sunak
Dalam sebuah pidato di Inggris utara, Johnson mengatakan "Saya lebih baik mati di selokan" daripada meminta penundaan keterlambatan Brexit kepada UE.
"Kita harus keluar dari UE pada 31 Oktober," kata pemimpin Konservatif, hanya beberapa jam setelah menderita pukulan baru dengan pengunduran diri saudaranya dari pemerintah dilansir The Time.
Jadi Kolumnis, Boris Johnson Kembali Disoroti
Pidato itu, di akademi kepolisian di kota Wakefield, pada akhirnya dirusak oleh jatuhnya seorang kadet polisi yang berdiri di belakangnya.
Acara itu dimaksudkan sebagai langkah pertama kampanye pemilihan umum, sebelum para anggota parlemen menolak pemilihan dalam Rabu malam.
Pemungutan suara meninggalkan Johnson dalam limbo, rencananya Brexit compang-camping tetapi tanpa jalan keluar setelah mayoritas parlementernya dihancurkan oleh pemberontakan partai Konservatif atas masalah ini.
Akibatnya, pemerintahnya mengumumkan akan mencoba lagi untuk memaksa pemilihan dengan suara House of Commons pada hari Senin, dan dia menantang partai oposisi Partai Buruh untuk mendukungnya.
KEYWORD :PM Inggris Kesepakatan Brexit Boris Johnson