Pasukan keamanan Afghanistan menyelidiki di situs dekat kawah dari mana traktor yang penuh dengan bahan peledak meledak malam sebelumnya di Green Village di Kabul pada 3 September 2019. (Foto oleh AFP)
Jakarta, Jurnas.com - Gerilyawan Taliban telah melancarkan serangan terhadap pusat rekrutmen tentara Afghanistan di provinsi Farah, Afghanistan barat, Jumat (06/09).
Juru bicara polisi di Farah, Mohibullah Mohib mengatakan, gerilyawan membakar pusat militer itu setelah serangan terkoordinasi yang dilakukan semalam dari beberapa titik di sekitar kota Farah.
"Pejuang Taliban berusaha untuk mengambil alih penjara tetapi pasukan keamanan menentang," kata Mohib dilansir PressTV.
Tidak ada laporan langsung tentang korban di antara pasukan Afghanistan atau militan. Seorang anggota dewan provinsi di Farah, Shah Mohmoud Naeemi, mengatakan jalan-jalan utama sepi dan suara tembakan dapat terdengar dari daerah sekitarnya.
Taliban dilaporkan menguasai beberapa posisi di wilayah sipil, termasuk sekolah di Farah. Pejabat keamanan senior di Kabul mengatakan kota itu masih di bawah kendali pemerintah.
Serangan itu terjadi ketika Taliban, menurut utusan khusus AS Zalmay Khalilzad, menyelesaikan "pada prinsipnya" kesepakatan dengan Washington awal pekan ini, setelah hampir setahun negosiasi di Qatar.
Khalilzad telah bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan para pejabat seniornya di ibukota Kabul setidaknya empat kali selama beberapa hari terakhir untuk mencari dukungan untuk kesepakatan yang akan segera diumumkan, menurut para pejabat.
Taliban, yang sekarang menguasai atau memiliki pengaruh di sekitar setengah wilayah Afghanistan, mengatakan mereka tidak mengakui pemerintah di Kabul. Kesepakatan yang mungkin termasuk jadwal untuk penarikan pasukan asing yang tersisa yang menurut pejabat Barat bisa sekitar 16 bulan, New York Times melaporkan.
Serangan bom yang diklaim Taliban telah menewaskan sedikitnya 10 orang di ibukota Afghanistan, Kabul. Banyak orang di Afghanistan sudah skeptis bahwa kesepakatan dengan AS akan mengakhiri kekerasan dan khawatir bahwa itu akan semakin memberdayakan kelompok militer.
Pemerintahan lima tahun Taliban atas setidaknya tiga perempat Afghanistan berakhir setelah invasi AS pada tahun 2001, tetapi 18 tahun kemudian, Washington mencari gencatan senjata dengan para militan, yang masih mengendalikan sebagian besar wilayah.
Pasukan Amerika tetap terhambat di Afghanistan melalui presiden George W. Bush, Barack Obama, dan sekarang Donald Trump.
Kelompok ini sejauh ini telah menolak proposal untuk meletakkan senjata dan malah menyerukan AS untuk e nd penggunaan kekuatan di Afghanistan. Ia juga menegaskan bahwa pembicaraan tidak dapat dilanjutkan sebelum pasukan asing meninggalkan negara itu.
KEYWORD :Kelompok Taliban Rekrutan Tentara Afghanistan