Sabtu, 23/11/2024 09:48 WIB

Kerap Dibohongi Pria, Capres Wanita di Pilpres Tunisia Minim

Menurut Charfeddine banyak wanita mengatakan mereka tidak berharap

Ilustrasi bendera Tunisia (foto: Memo)

Tunis, Jurnas.com - Tunisia sudah lama dipandang sebagai pelopor untuk hak-hak perempuan di dunia Arab. Namun dalam kampanye pemilihan presiden kali ini, reputasi tersebut dipertanyakan.

"Pria menjanjikan banyak hal pada wanita. Tetapi ketika Mister Kumis (pria, Red) berkuasa, tidak ada yang terjadi," kata Feryel Charfeddine, kepala Calam, sebuah asosiasi yang memerangi kekerasan terhadap wanita.

Dikutip dari AFP, menurut Charfeddine banyak wanita mengatakan mereka tidak berharap "banyak" dari pilpres, yang dimulai dengan putaran pertama pada 15 September.

"Saya bukan pesimis, saya realis," lanjut Charfeddine, yang khawatir dengan dengan meningkatnya angka kekerasan, berkurangnya hak, dan konservatisme sosial.

"Perempuan tidak tertarik pada politik lagi. Tanpa sadar, mereka tahu bahwa itu adalah sistem patriarkal yang sama yang bertahan," terang dia.

Perempuan memainkan peran penting dalam protes yang menggulingkan diktator lama Zine El Abidine Ben Ali pada 2011, dan mereka adalah kelompok yang dibujuk dalam pemilihan pasca-revolusi sebelumnya.

Tetapi sebagian besar perempuan tidak mencalonkan diri dalam kampanye presiden 2019, yang fokus pada masalah keamanan dan ekonomi.

Mereka juga tidak terwakili dengan baik dalam kumpulan besar calon presiden, di mana hanya dua wanita yang keluar dari 26 kandidat.

Salah satunya adalah anti-Islamis Abir Moussi, yang lain mantan menteri, Salma Elloumi.

"Mereka adalah bagian dari alibi," kata pengacara Bochra Belhaj Hmida, yang terpilih sebagai anggota parlemen pada 2014 tetapi mundur dari politik.

"Saya memiliki pengalaman yang sangat, sangat kaya, tetapi saya meninggalkan politik tanpa penyesalan," ujar dia kepada AFP.

Saat berada di kantor, Hmida membantu mempelopori undang-undang persamaan hak waris, menghadapi reaksi keras dari beberapa pihak atas posisinya, mengenai masalah yang diperdebatkan dengan panas.

"Pria berharap wanita dalam politik menjadi yang paling tidak mengganggu mungkin, bahwa mereka tidak berdebat, dan terutama bahwa mereka tidak membuat keputusan. Saya kehilangan banyak sahabat pria," katanya.

Dia mencatat juga kurangnya solidaritas wanita, mengatakan itu "seolah-olah hanya ada satu tempat untuk menang dan Anda harus bertarung satu sama lain untuk itu".

KEYWORD :

Perempuan Pilpres Tunisia Hak Politik




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :