Sabtu, 23/11/2024 11:00 WIB

Iran Mulai R&D, Rusia: Itu Bukan Ancaman

 Iran sepenuhnya mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi, mengikuti perjanjian perlindungan komprehensif dengan IAEA

Presiden Iran, Hassan Rouhani mendengarkan kepala Organisasi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi, memeriksa pencapaian nuklir pada Hari Teknologi Nuklir Nasional Iran. (Foto: Presstv))

Moskow, Jurnas.com - Pemerintah Rusia mengatakan keputusan Iran baru-baru ini berhenti mematuhi batas-batas yang ditentukan perjanjian nuklir 2015 tentang penelitian dan pengembangan nuklirnya (R&D)  tidak menimbulkan ancaman karena Teheran sepenuhnya mematuhi perjanjian perlindungan dengan pengawas nuklir PBB.

Kementerian Luar Negeri Rusia, menekankan bahwa tindakan yang baru-baru ini diambil Iran sebagai langkah ketiga dalam mengurangi komitmennya di bawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA)  tidak mengambil risiko reorientasi apapun.

"Dari sudut pandang non-proliferasi nuklir, dimulainya kembali penelitian sentrifugal dan pengembangan Iran tidak menghadirkan ancaman apa pun. Bagian penting adalah bahwa semua pekerjaan dilakukan oleh spesialis Iran di bawah pengawasan konstan IAEA, " katanya, menggunakan akronim untuk Badan Energi Atom Internasional.

"Laporan yang relevan sudah disampaikan kepada dewan gubernur lembaga. Tidak ada risiko reorientasi penelitian Iran untuk penggunaan yang tidak diumumkan. Iran sepenuhnya mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi, mengikuti perjanjian perlindungan komprehensif dengan IAEA, mengimplementasikan Protokol Tambahan," tambahnya.

Pernyataan itu disampaikan dua hari setelah Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengumumkan bahwa negara tersebut sudah mengaktifkan 20 sentrifugal IR-4 dan 20 IR-6 canggihnya untuk keperluan penelitian dan pengembangan.

IAEA juga mengkonfirmasi bahwa Iran memasang sentrifugal yang disiapkan untuk pengujian dengan uranium hexafluoride, atau UF6, bahan baku untuk sentrifugal.

Penjabat Direktur Jenderal IAEA, Cornel Feruta, yang kembali dari kunjungan akhir pekan ke Teheran, mengatakan kepada dewan agensi di Wina pada Senin (9/9) bahwa para inspektur terus memverifikasi dan memantau komitmen terkait nuklir Iran di bawah JCPOA.

Kesepakatan nuklir ditandatangani antara Iran dan enam negara adidaya yaitu AS, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan Cina pada tahun 2015. Namun, pada Mei 2018, Trump meninggalkan perjanjian tersebut.

Meski AS meninggalkan perjanjian itu, Teheran tetap sepenuhnya mematuhi JCPOA selama satu tahun penuh sebagaimana dikonfirmasikan IAEA dalam beberapa laporan.

Saat itu, Iran menunggu anggota pakta nuklir yang masih tersisa memenuhi akhir Tehernan untuk mengimbangi dampak larangan Washington terhadap ekonominya. Namun, hingga kini Eropa gagal memenuhi permintaan Negeri Para Mullah itu.

KEYWORD :

Kesepakatan Nuklir Amerika Serikat Rusia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :