Petugas keamanan mengamankan lokasi kejadiann bom bunuh diri (foto: Irish)
Jakarta, Jurnas.com - Sebuah bom truk bunuh diri menghancurkan sebuah rumah sakit di Afghanistan selatan, menewaskan sebanyak 20 orang dan melukai lebih dari 90 lainnya, Kamis (19/09) waktu setempat.
Dilansir Irish, Taliban, yang mengaku bertanggung jawab atas pemboman itu, telah melakukan serangan hampir setiap hari sejak pembicaraan damai dengan Amerika Serikat runtuh awal bulan ini.
Ledakan besar-besaran Kamis menghancurkan sebagian rumah sakit di Qalat, ibukota provinsi Zabul selatan, dan membuat armada ambulans rusak dan hancur.
Warga, banyak dari mereka datang untuk melihat anggota keluarga yang sakit, menggunakan syal dan selimut untuk membawa korban di dalam gedung yang hancur, sementara pihak berwenang bergegas membawa korban yang terluka parah ke rumah sakit di Kandahar yang dekat dengan lokasi kejadian.
“Beberapa jam sebelumnya, serangan pesawat tak berawak di provinsi Nangarhar menewaskan dan melukai sebanyak 30 orang, kebanyakan dari mereka warga sipil,” kata Jawaid Zaman, penasihat presiden untuk urusan kesukuan.
Penduduk yang marah membawa 12 mayat ke ibukota provinsi Jalalabad untuk memprotes serangan itu, kata ketua dewan provinsi Ahmad Ali Hazrat. Banyak lagi orang yang diyakini hilang.
Attaullah Khogyani, juru bicara gubernur provinsi, mengatakan sasarannya adalah kelompok militan Negara Islam di daerah itu, tetapi menurut Zaman, warga telah memberi tahu pihak berwenang di daerah tersebut bahwa mereka akan mengumpulkan buah-buahan kering. Sebanyak 50 orang berada di ladang ketika serangan udara terjadi, katanya.
Beberapa jam setelah ledakan, ada sosok-sosok yang saling bertentangan antara orang mati dan terluka. Juru bicara gubernur provinsi itu Gul Islam Seyal mengatakan jumlah korban tewas pada 12 tetapi mengatakan pihak berwenang berada di tempat kejadian menyaring puing-puing. Atta Jan Haqbayan, kepala dewan provinsi, menyebutkan jumlah korban jiwa 20 orang.
KEYWORD :Bom Bunuh Diri Rumah Sakit Afghanistan Kelompok Taliban