Perdana Menteri Israel, Benjamin Netahanyu (Foto: Gali Tibbon/Reuters)
Beirut, Jurnas.com - Gerakan perlawanan Lebanon Hizbullah mengatakan, upaya Benjamin Netanyahu dengan mengorbankan Timur Tengah untuk mengamankan jabatan keduanya sebagai Perdana Menteri Israel berakhir sia-sia.
Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal Gerakan Perlawan Lebanon Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, saat menyampaikan pidatonya kepada para pendukungnya yang disiarkan langsung dari ibukota Libanon, Beirut, Jumat (20/9).
"Netanyahu mencoba mengubah persamaan di Lebanon sebagai upaya tetap berkuasa dan melanjutkan sebagai perdana menteri Israel yang berkuasa. Dia bahkan terlibat dalam retorika berapi-api terhadap Iran, tetapi upayanya mengamankan masa jabatan itu baru saja gagal," katanya.
"Hasil pemilihan Israel baru-baru ini menunjukkan tingkat krisis kepemimpinan di sana (Israel), dan menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap rezim," sambungnya.
Nasrallah menegaskan bahwa Netanyahu berusaha memperburuk ketegangan di Timur Tengah agar bisa dipilih.
Pemilu pada 17 September di Israel dilakukan lima bulan setelah pemungutan suara yang tidak meyakinkan pada Agustus, di mana Netanyahu sekali lagi gagal membentuk kabinet mayoritas.
Dari 99 persen suara dihitung, media Israel mengatakan bahwa blok sayap kanan yang dipimpin Likud tampaknya akan mengendalikan 55 dari 120 kursi parlemen, dengan hingga 57 untuk aliansi sayap kiri dan tengah.
Terlepas dari persaingan Netanyahu dan lawan utamanya, Benny Gantz, perubahan dalam kebijakan pemerintahan Tel Aviv tentang hubungan dengan Amerika Serikat (AS), konflik dengan Iran atau konflik Palestina kemungkinan besar tidak akan berubah.
Setelah semua suara dihitung, Presiden Israel, Reuven Rivlin akan bertemu dengan partai-partai yang memenangkan kursi dan pada akhirnya akan memberikan satu pemimpin partai hingga 42 hari untuk membentuk pemerintahan.
Soal serangan kilang minyak dan gas Arab Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais di Provinsi Timur kerajaan, Nasrallah, mengatakan, perkembangan terakhir menunjukkan betapa mahalnya minyak sekali dibandingkan dengan darah.
Pesawat-pesawat tempur Arab Saudi terus membunuh anak-anak Yaman, tetapi tidak ada tindakan nyata yang diambil untuk menghentikan serangan tersebut.
"Arab Saudi diminta menghentikan perang terhadap Yaman daripada mencari untuk membeli sistem rudal pertahanan udara canggih. Semua senjata mahal yang dibeli As tidak dapat melindungi Anda dari serangan pesawat tak berawak (Yaman)," kata Nasrallah.
Ia kemudian mendesak para pejabat Arab Saudi untuk membuat perjanjian dengan Iran, menekankan bahwa agresi militer terhadap Iran tidak akan pernah menguntungkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"(Presiden AS Donald) Trump telah memulai proses baru memerah susu kerajaan Arab Saudi. Trump dengan putus asa mencari pertemuan bilateral dengan timpalannya dari Iran Hassan Rouhani," kata Nasrallah.Suriah.
KEYWORD :Arab Saudi Benjamin Netanyahu Pemilu Israel Hassan Nasrallah