Sabtu, 23/11/2024 11:24 WIB

Inggris Diminta Berhenti Jual Senjata ke Tangan Agresor

Iran menunggangi serangan pesawat tak berawak baru ini di dua kilang minyak utama di Arab Saudi.

Serangan udara Saudi di Yaman menewaskan empat warga sipil (Foto: Xinhua)

Teheran, Jurnas.com - London harusnya berhenti menjual senjata ke Riyadh, bukan malah menuding Iran menunggangi serangan pesawat tak berawak baru ini di dua kilang minyak utama di Arab Saudi.

"Pemerintah Inggris harus berhenti menjual senjata ke Arab Saudi, yang merupakan permintaan banyak orang di dunia, dan harus melepaskan diri dari tuduhan melakukan kejahatan perang terhadap rakyat Yaman," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, Senin (23/9).

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan, negaranya percaya Iran manunggangi serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi. Ia mengatakan, London akan bekerja dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropa untuk mengurangi ketegangan di Teluk Persia.

"Inggris mengaitkan tanggung jawab dengan tingkat probabilitas yang sangat tinggi kepada Iran untuk serangan Aramco. Kami pikir sangat mungkin memang bahwa Iran bertanggung jawab," ujar Johnson kepada wartawan sesaat sebelum menghadiri sesi ke-74 Majelis Umum PBB.

Pada 14 September, gerakan Ansarullah Yaman dan sekutunya mengerahkan sebanyak 10 drone untuk membom fasilitas minyak Abqaiq dan Khura yang dioperasikan perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Aramco.

Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu menghambat lebih dari setengah produksi minyak mentah Arab Saudi, atau lima persen dari pasokan global.

Tentara Yaman dan pasukan sukarelawan yang dipimpin gerakan Houthi sudah menyerang kilang di Arab Saudi sejak dulu dalam upaya untuk menyerang sektor ekonomi utama rezim.

Serangan terbaru, menghantam target yang berjarak sekitar 500 mil jauh ke dalam wilayah Arab Saudi, di salah satu operasi terbesar pasukan Yaman telah diluncurkan sejauh ini.

Penjualan senjata Inggris ke Arab Saudi menjadi faktor utama penyebab konflik di Yaman. Sejak perang melawan Yaman dimulai, Inggris melisensikan penjualan senjata senilai setidaknya USD6 miliar ke Riyadh.

Selain dari Inggris, sekutu Arab Saudi lainnya, termasuk AS, juga telah memberikan senjata kepada kerajaan itu dalam perangnya melawan Yaman.

Pada April, sebuah think tank AS menemukan data baru yang menunjukkan kesepakatan senjata AS dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab secara dramatis dikecilkan dan miliaran lebih dari yang dilaporkan sebelumnya.

Data yang dikumpulkan pengawas perdagangan senjata Security Assistance Monitor (SAM) menunjukkan bahwa AS sudah mencapai angka USD68,2 miliar kesepakatan dengan kedua negara sejak memulai perang di Yaman.

KEYWORD :

Arab Saudi Amerika Serikat Perang Yaman Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :