Sabtu, 23/11/2024 23:25 WIB

Pangeran Arab Saudi Tak Boleh Keluar Negeri Tanpa Restu Kerajaan

Pangeran Arab Saudi, yang sebelumnya menikmati hak diplomatik dan sering bepergian ke negara-negara Barat, sekarang juga dilarang melakukan transaksi valuta asing dan tidak dapat mengirim atau menerima pengiriman mata uang asing

Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putranya Mohammed bin Salman (Foto: Hassan Ammar/AP)

Riyahd, Jurnas.com - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, bukan saja mengeluarkan larangan perjalan ke luar negeri untuk para pangeran pembangkan, tetapi juga membatasi akses keuangan mereka.

Surat kabar yang berbasis di London, al-Quds al-Arabi, mengatakan pembatasan mobilitas pangeran pembangkang, termasuk hak untuk mendapatkan paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa jaminan tertentu atau izin khusus dari  Salman.

Pangeran Arab Saudi, yang sebelumnya menikmati hak diplomatik dan sering bepergian ke negara-negara Barat, sekarang juga dilarang melakukan transaksi valuta asing dan tidak dapat mengirim atau menerima pengiriman mata uang asing.

"Jumlah pangeran Saudi yang menjual properti berharga mereka di luar negeri setelah adanya pembatasan perjalanan dan masalah perbankan telah meningkat. Di sisi lain, pangeran Saudi menginap di hotel-hotel mewah Eropa di musim panas 2018 dan 2019 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya menurun," kata laporan itu.

Beberapa tahun terakhir, puluhan pangeran, menteri, dan mantan menteri ditahan atas perintah Komite Anti Korupsi Arab Saudi yang dipimpin Salam, yang secara luas diyakini bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya.

Mereka yang ditahan itu atas tuduhan pencucian uang, penyuapan, petugas pemerasan dan penyalahgunaan dana publik untuk keuntungan pribadi.

Pada akhir 2017, otoritas Arab Saudi mulai merundingkan pemukiman dengan individu-individu yang ditahan atas tuduhan korupsi di Hotel Ritz-Carlton di Riyadh.

Di antara mereka yang ditahan adalah pangeran al-Waleed bin Talal bin Abdulaziz, ketua perusahaan investasi Kingdom Holding Company, Nasser bin Aqeel al-Tayyar, pendiri Al Tayyar Travel Group, dan Amr al-Dabbagh, ketua pembangun Red Sea International.

Penggerebekan itu terjadi pada saat Raja Saudi Salman berencana menyerahkan kekuasaan demi putranya yang sedang melakukan kampanye promosi diri di bawah kedok penanggulangan korupsi tingkat tinggi.

KEYWORD :

Arab Saudi Mohammed bin Salman




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :