Fethullah Gulen (Foto: Moslem today)
Jakarta, Jurnas.com - Salah satu televisi internasional Mesir, Ten TV, berhasil mewawancarai langsung ulama kenamaan Turki, Muhammed Fethullah Gulen, di tempat pengasingannya di Pensylvania, Amerika Serikat (AS).
Untuk mewawancarai Gulen bukan perkara mudah. Pasalnya, ulama tersebut merupakan buruan pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pasca pemimpin Turki itu menuding Gulen terlibat dalam kudeta gagal beberapa tahun silam.
Dalam laporannya, jurnalis Neset Ed-Dihi bersama kru TEN TV, memperlihatkan seluruh isi kediaman Gulen. Dia dibuat tercengang, karena kondisi tempat tinggal Gulen tak seperti yang digambarkan pemerintah Erdogan. Sederhana. Dan hanya di sana-sini dipenuhi dengan buku-buku.
Ciro Immobille Resmi Pindah ke Besiktas
"Orang yang dituding teror dan kudeta gagal oleh Erdogan menjawab segala tuntutan dengan kehidupan yang sangat sederhana. Di sini tidak ada senjata, tidak ada paham terorisme, melainkan hanya buku ilmu agama, dan suasana rohani yang begitu menakjubkan. Semua orang harus melihat kenyataan ini," ujar Dihi.
Kepada jurnalis tersebut, Gulen bercerita mengenai kondisi demokrasi Turki saat ini, yang dia anggap sangat memprihatinkan.
Dia menyebut banyak warga sipil, akademisi, jurnalis dan aktivis yang dipenjarakan karena mengkritik pemerintahan Erdogan. Bahkan kezaliman dan pelanggaran HAM terjadi di berbagai kelompok, terutama Gulen Movement yang mengambil langkah damai.
"Erdogan adalah musuh bersama bagi demokrasi. Satu-satunya cara untuk menghentikan Erdogan adalah, negara-negara Barat dan Timur Tengah yang demokratis harus bersatu melawan tiraninya," kata Gulen, dikutip dari AVnews pada Jumat (4/10).
Gulen juga menilai Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpin Erdogan semakin jauh dari nilai-nilai kemasyarakatan Turki.
"Mereka bukanlah anak bangsa Turki. Dan Erdogan tidak sudi mendengarkan nasehat orang lain. Dia telah menuduh kami teroris. Dan secara eksplisit menyebut saya ketua teroris dan memutuskan penjara seumur hidup untukku," tegas dia.
Menurut Gulen, Erdogan juga menuduh mereka yang terlibat dalam penyelidikan kasus korupsi sebagai simpatisan gerakan, termasuk personil keamanan dan peradilan.
Di sisi lain, Gulen menegaskan bahwa Mesir dan Turki memiliki hubungan yang dalam. Tetapi pemerintahan Turki mencari masalah dengan Mesir karena kepentingan politik. Karena itu, dia berharap hubungan Mesir dan Turki kembali pulih.
"(Tapi) ini sulit ketika Erdogan masih memimpin," tandas dia.
KEYWORD :Fethullah Gulen Recep Tayyip Erdogan Turki