Kelompok Taliban
Kabul, Jurnas.com - Afganistan kembali berada dalam kondisi tidak pasti jelang pengumuman hasil pemilihan umum (pemilu) presiden pada Oktober ini.
Situasi ini mengulang pemilu sebelumnya, di mana dua kandidat yang bersaing sama-sama mengklaim kemenangan sebelum penghitungan surat suara, dan memberi tanda bahwa keduanya tidak menerima kekalahan.
Kala itu, Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah saling menuding telah melakukan penipuan besar-besaran, hingga akhirnya Amerika Serikat menengahi sengketa yang membuat Ghani menjadi presiden.
Dan pemilu kali ini, kedua capres tersebut kembali bersaing, dan mengatakan mereka tidak akan menerima pengaturan yang sama kali ini.
Sementara menyambut hasil pemilu, gerilyawan Taliban semakin menguasai banyak wilayah sejak mereka digulingkan dari kekuasaan dua dekade lalu.
Gagal Tumbuhkan Jenggot, 280 Anggota Pasukan Keamanan Dipecat oleh Kementerian Moral Taliban
Dikutip dari Reuters pada Selasa (8/10), mereka menegaskan penolakan untuk menerima keabsahan dari apa yang mereka sebut pemerintahan boneka, yang didukung pemerintah AS.
"Ada risiko serius dari krisis politik yang berkepanjangan dan pertempuran memecah belah atas hasilnya, sementara Taliban tetap secara efektif bersatu," kata Colin Cookman, seorang petugas program di Institut Perdamaian AS, yang telah menganalisis politik Afghanistan sejak 2008.
Petr Stepanek, duta besar Republik Ceko untuk Afghanistan, mengatakan putaran kedua pemungutan suara mungkin tidak akan diadakan sampai musim semi, yang berakibat memperpanjang ketidakpastian.
"Komisi pemilihan dapat mengatakan, `cuaca buruk` dan menundanya selama beberapa bulan. Maka kita akan memiliki pemerintahan yang lemah. Bebek lumpuh," ujar Stepanek.
Sekitar 4.500 pengaduan telah diajukan sejak pemilu yang digelar pada 28 September, memberikan kemungkinan amunisi bagi yang kalah untuk menolak hasilnya. Komisi Pemilihan Independen mengatakan pada Minggu bahwa beberapa mesin verifikasi biometrik hilang.
Jumlah suara diperkirakan 2,6 juta suara, sekitar seperempat dari pemilih yang memenuhi syarat, mengikuti ancaman oleh Taliban terhadap tempat pemungutan suara.
Negosiasi tentang penarikan pasukan AS sebagai imbalan atas jaminan keamanan Taliban gagal pada September, meskipun kedua pihak mengadakan pembicaraan eksplorasi di Islamabad minggu lalu.
Langkah selanjutnya adalah negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan tentang gencatan senjata dan peran masa depan Taliban. Kelompok militan sejauh ini menolak pembicaraan dengan pemerintah.
KEYWORD :Pemilu Afganistan Taliban