Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (tengah) bersama Dirjen SDID Ali Ghufron Mukti (kiri) dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kanan) | Foto: KSKP
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyebut program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sajana Unggul (PMDSU), berhasil menyumbang banyak jumlah publikasi internasional. Tercatat hingga 9 September 2019, 547 publikasi telah dihasilkan oleh 211 mahasiswa PMDSU dan 133 promotor.
Adapun dari PMDSU Batch III, publikasi terbanyak sementara diraih oleh Alexader Patera Nugraha (Universitas Airlangga) dengan 22 publikasi. Kemudian disusul oleh Putri Cahaya Situmorang (Universitas Sumatera Utara), Joko Kuncoro (Universitas Airlangga), dan Suhailah (Universitas Airlangga) masing-masing dengan 5 publikasi.
"Untuk mewujudkan SDM Unggul, Indonesia Maju sebagaimana visi Pemerintah, kita memerlukan inovasi-inovasi pada pendidikan. Salah satunya, yaitu melalui PMDSU. Para mahasiswa PMDSU ini adalah anak-anak bangsa yang bertalenta. Dan kami akan melakukan beragam program terobosan lain untuk mencari talenta-talenta terbaik," kata Menristekdikti pada Selasa (15/10) kemarin di Jakarta..
Menteri Nasir juga mengingatkan para mahasiswa PMDSU juga membekali diri dengan wawasan kebangsaan. Baginya, lulusan PMDSU bukan sekadar doktor biasa, tetapi harus tetap memiliki karakteristik khas Indonesia, sehingga mampu melihat potensi berdasarkan keunggulan komparatif bangsa.
"Kalian adalah anak-anak pintar, sehingga benar-benar harus mampu memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk hal yang baik. Bukan tidak mungkin 10 sampai 20 tahun ke depan kalian yang akan mengisi posisi-posisi strategis dan pembuat kebijakan," kata Guru Besar Universitas Diponegoro itu.
Tidak Enak Jadi Menteri
Sementara terkait PMDSU sebagai bagian pengembangan manajemen talenta, para mahasiswa PMDSU ini kemudian dijuluki sebagai `Kopassus` Ilmuwan, yang diharapkan akan menjadi agent of innovation.
Upaya ini, lanjut Menristekdikti, bertujuan agar semakin banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di perguruan tinggi rangking terbaik dunia.
Program PMDSU merupakan skema beasiswa percepatan studi S-2 sekaligus S-3 selama empat tahun masa studi di perguruan tinggi terbaik dalam negeri.
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti menyebut, PMDSU menjadi terobosan untuk melahirkan dosen dan peneliti unggul masa depan. Pasalnya, para mahasiswa PMDSU ini diproyeksikan akan lulus Doktor pada usia di bawah 30 tahun.
"Kita membutuhkan dosen muda karena dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, dosen millennial ini akan lebih mudah untuk beradaptasi. Di sisi lain, banyak pula dosen yang mulai pensiun. Namun untuk regenerasi dosen, kita masih memiliki tantangan, terutama pada peningkatan kualifikasinya" terang Ghufron.
Berdasarkan data Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi (SISTer) per Oktober 2019, jumlah dosen yang berusia di bawah 40 tahun sebanyak 104.470 dosen dari total 253.214 dosen.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar masih berkualifikasi Master karena dari populasi dosen Indonesia, baru sekira 15 persen yang sudah berkualifikasi Doktor.
Dengan adanya skema PMDSU, Ghufron optimistis para lulusannya nanti dapat mengisi kebutuhan SDM untuk kemajuan pendidikan tinggi Tanah Air.
"Biaya meluluskan Doktor dari PMDSU hanya satu per tiga dari biaya yang dibutuhkan untuk menyekolahkan Doktor di luar negeri. Dengan kualitas yang tak kalah baik. Bahkan, mereka ini lebih produktif, ada yang sudah menerbitkan lebih dari lima publikasi internasional, dan ada yang mencapai 22 publikasi," imbuh Ghufron.
KEYWORD :Program PMDSU Publikasi Bereputasi Menristekdikti Mohamad Nasir