Sri (paling kanan), Kartini (ketiga dari kiri) (Foto: Dok. YKPI)
Tenggarong, Jurnas.com – Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kendati sudah divonis kanker payudara dan rela kehilangan satu payudaranya di meja operasi, tak menghalangi dua srikandi asal Kabupaten Tenggarong, Sri (43) dan Kartini (56) mendalami Sadari (Periksa Payudara Sendiri).
"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Saya sekarang mau bawel ke ibu-ibu. Jangan takut ke dokter, mari kita Sadari," ujar Sri yang menjabat Ibu RT itu penuh semangat.
Sri yang juga membuka warung di kediamanya itu mengaku sempat takut jika ada perawat atau dokter yang belanja ke warungnya.
"Apalagi rumah saya dekat puskesmas. Kalau lihat mereka saya pasti kabur, lemes dan deg-degan. Saya takut karena pernah divonis dokter usianya hanya tersisa 3 bulan karena kanker payudara,” ujar Sri diamini Kartini yang senasib harus dimastektomi satu payudaranya.
Kini, Sri dan Kartini malah rajin mengajak ibu-ibu yang sakit kanker payudara untuk tidak menunda pemeriksaan medis.
"Karena berobat ke alternatif gak sembuh, malah uang habis banyak, ujung-ujungnya ke dokter juga. Dulu kita takut banget sama dokter, sekarang kita jadi sahabat dokter," tambah Kartini.
Bersama sekitar 100 peserta sosialisasi deteksi dini kanker payudara dan TOT Sadari yang diselenggarakan YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia) bekerjasama dengan Peraboi (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia).
Sri dan Kartini mengaku sosialisasi dini kanker payudara penting dan berkomitmen akan disebarluaskan pada anggota keluarga dan warga sekitar.
Sementara itu Vira (20) dan Wida (20), keduanya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kaltim, mewakili peserta dari kalangan anak muda mengaku senang sekali dapat dilibatkan dalam TOT.
"Ini pertama kalinya kami ikut TOT Sadari. Senang sekali karena tahu lebih awal soal kanker payudara, pentingnya deteksi dini dan praktek bagaimana cara SADARI," kata Vira disambut Wida dengan semangat.
Selain aktif sebagai pelajar, Vira dan Wida tergabung dalam komunitas Support Kanker Samarinda. Hadir juga sekitar 30 gabungan organisasi wanita lainnya selain Dharma Wanita, Dharma Pertiwi dan tentunya ibu-ibu PKK Kab Tenggarong pimpinan Ibu Bupati Maslianawati.
"Saya menyambut baik kegiatan ini, sangat luar biasa. Sangat bermanfaat dan semoga makin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya deteksi dini," kata Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Tenggarong.
Dalam kesempatan ini, dr Abdul Rachman SpB(K)Onk, mewakili Peraboi mengatakan angka kejadian kanker payudara masih yang tertinggi pada perempuan di Indonesia.
"Untuk itu sosialisasi ini sangat penting guna menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. Saat ini berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais (RSKD) sebagai Pusat Rujukan Kanker Nasional, diketahui bahwa 56 persen pasien yang ditangani oleh RSKD adalah pasien kanker payudara. Dimana 70 persennya diketahui dalam kondisi stadium lanjut," ujar dr Abdul yang sehari-harinya praktek di RSUD Kabupaten Tangerang.
Menanggapi hal ini, YKPI diwakili Titien Pamudji mengimbau agar pasien kanker payudara bersifat terbuka dan tidak takut memeriksakan dirinya ke dokter.
"Pasien kanker payudara hendaknya jangan menutup diri. Saya seorang survivor, Ketua YKPI Ibu Linda Agum juga survivor, tapi kami bisa sehat sampai sekarang dan masih beraktivitas. Karena kami memeriksakan diri dari awal. Tidak menundanya. Saya harap ibu-ibu juga demikian," seru Titien yang kini masih berjuang mengalahkan kankernya.
TOT Sadari yang dipimpin oleh dr Hardinah Sabrida MARS ini disambut antusias peserta. Sebelumnya, dr Hardinah menerangkan seputar kanker payudara, penyebab hingga faktor risikonya.
"Jika setiap bulan kita rutin melakukan Sadari kita akan mengetahui ada tidaknya kelainan di payudara kita. Kelainan di payudara itu belum tentu kanker. Jangan panik dan segera periksakan diri ke dokter," ujar dr Hardinah lagi.
KEYWORD :
Kanker Payudara Pemeriksaan Medis SADANIS