Malindo Airlines (Foto: Wikipedia)
Jakarta, Jurnas.com - Perusahaan investasi Malaysia Khazanah Nasional mengatakan, maskapai Malaysia terus mengalami kerugian karena kalah kompetisi dengan banyaknya maskapai yang beroperasi di negara itu.
Direktur Pelaksana Khazanah Nasional, Shahril Ridza Ridzuan mengatakan, ada empat operator penerbangan yang beroperasi di negara tersebut, yaitu Malaysia Airlines, AirAsia, AirAsia X dan Malindo Air.
Dengan pasar 30 juta orang, empat maskapai itu terlalu banyak, efektifnya Anda hanya memiliki sekitar 1,7 kursi pelanggan aktual," ujar Shahril, seperti dikutip Mayal Mail.
April lalu, Malaysia Airlines mencatat kerugian hingga RM6,3 miliar. Shahril mengatakan, situasi ini akan terus memburuk karena AirAsia dan Malindo Air, anak perusahaan Lion Group, menambah jumlah pesawat untuk digunakan selama lima tahun ke depan.
Shahril juga mempersoalkan "open sky policy" Malaysia yang memungkinkan setiap maskapai dapat terbang ke Malaysia, alih-alih menyediakan lebih banyak penerbangan dari perusahaan lokal.
Libur Lebaran, AirAsia Sediakan 350.000 Kursi
"Kebijakna itu baik untuk meningkatkan jumlah wisatawan, tapi mengerikan bagi maskapai penerbangan lokal," kata Shahril.
Sebelumnya, Menteri Urusan Ekonomi Malaysia, Seri Mohamed Azmin Ali mengatakan beberapa bulan ke depan pemerintah akan menunjuk mitra strategis untuk mengambil alih Malaysia Airlines.
Azmim mengatakan, pemerintah sduah memilih empat dari 20 perusahaan yang diterima oleh Khazanah dan perusahaan induk Malaysia, Aviation Group Bhd.
Pada 2014 lalu, Malaysia menyuntik RM6 miliar untuk mengembangkan kembali Malaysia Airlines, namun gagal. Kegagalan juga terjadi setelah upaya restrukturisasi besar-besaran yang memberhentikan 6.000 karyawan.
KEYWORD :
Maskapai Malaysia Shahril Ridza Ridzuan Malaysia Airlines AirAsia AirAsia X Malindo Air