Enes Kanter (Foto: WSJ)
New York, Jurnas.com - Pemain NBA Boston Celtic, Enes Kanter menyimpan kisah kelam saat menjadi warga negara Turki. Akibat berbagai kritiknya yang pedas terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dia kehilangan kewarganegaraannya.
Dikutip dari Wall Street Journal (WSJ) pada edisi 8 November 2019, pada suatu waktu Kanter membeberkan keburukan Presiden Erdogan di Twitter. Dia menyebut penguasa Turki itu dengan sebutan `Hitler Abad Ini`.
Cuitan Kanter berlanjut dengan pernyataannya soal hakim, jaksa, dan wartawan yang dipenjara, karena upaya kudeta gagal pada Juli 2016. Tidak hanya itu, sejumlah surat kabar dan sekolah ditutup oleh pemerintah.
"Saat ini, 17.000 perempuan tak bersalah berada di penjara bersama bayi-bayinya," kata Kanter kepada WSJ.
"Turki memenjarakan lebih banyak jurnalis dari pada negara lain. Yang itu membuat saya sangat kesal. Tidak ada kebebasan berbicara. Lebih dari 6.000 akademisi telah kehilangan pekerjaan mereka. Salah satunya ayah saya," lanjut dia.
Kritiknya terhadap Erdogan berbuah pahit. Pada 2016 silam, anggota keluarganya dilarang meninggalkan Turki. Bahkan ayahnya sendiri, pada Agustus 2016 menulis surat terbuka yang menyatakan bahwa dia pro-pemerintah, dan malu memiliki Kanter sebagai anaknya.
"Saya meminta maaf kepada presiden kami. Orang-orang Turki malu memiliki anak seperti itu," kata sang ayah dalam surat kabar Turki kala itu.
Pernyataan itu tak membuat ayah Kanter aman. Sebulan setelanya, ayahnya dipecat dari jabatannya di Universitas Istanbul. Sedangkan adik perempuannya yang berprofesi sebagai dokter tidak diterima di manapun.
Walhasil, Kanter yang terbuang tetap berkarir di Amerika Serikat. Tapi pada 2017 lalu, pemerintah Turki mencabut paspornya. Sejumlah saluran televisi di Turki juga menolak menayangkan pertandingan Trail Blazers, tim basket Kanter saat itu.
Untuk diketahui, ketertarikan Kanter pada basket terlihat sejak usia 13 tahun. Kendati awalnya menekuni olahraga sepak bola, Kanter bosan karena hanya bertugas sebagai penjaga gawang. Akhirnya pada usia 17 tahun dia hijrah ke AS untuk berkarir basket.
Pada 2011, Kanter direkrut oleh Utah Jazz. Pemain bertubuh jangkung itu kemudian bermain dengan sejumlah klub, mulai dari Oklahoma City Thunder (2015-2017), New York Knicks (2017-2019), Portland Trail Blazers (2019), dan terakhir Celtics sejak Juli 2019 dengan banderol US$10 juta.
Kanter kini juga menjadi buronan pemerintah Turki. Jaksa penuntut di Istanbul menuduh bahwa Kanter termasuk dalam gerakan Hizmet Fethullah Gulen, sosok ulama yang dianggap Erdogan sebagai dalang kudeta gagal pada 2016 lalu.
Awal tahun ini, Turki bahkan mengeluarkan Pemberitahuan Merah Interpol untuk Kanter, yakni surat perintah penangkapan internasional, serta menandai bintang NBA itu sebagai teroris.
"Jika (pemerintah Turki) melihat pesan saya, mereka (keluarga saya) pasti akan dipenjara," ungkap Kanter saat menyinggung soal pengawasan pemerintah terhadap komunikasi keluarganya.
Kanter mengakui bahwa dia memiliki hubungan dengan Fethullah Gulen, yang saat ini berada di Pennsylvania, AS. Setiap kali dia mengunjungi ulama yang kerap menyuarakan Islam moderat tersebut, Kanter merasa damai.
"Setiap kali saya pergi ke sana, ini adalah waktu yang sangat damai bagi saya. Amerika telah memberi saya banyak, tetapi Anda masih ingin bergaul dengan orang-orang yang tahu bahasa Anda, tahu budaya Anda, makan makanan Turki," tutur dia.
KEYWORD :Enes Kanter Bintang NBA Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan