Sabtu, 23/11/2024 14:43 WIB

Manuver Politik Paloh Diyakini Mengecewakan Jokowi

Sama seperti publik yang kecewa, Pak Jokowi juga wajar bila kecewa dengan manuver Nasdem

Ketum Nasdem Surya Paloh menerima kunjungan Syahrial Oesman.

Jakarta, Jurnas.com - Presiden Joko Widodo dinilai sangat tak nyaman dan bisa sangat kecewa dengan berbagai manuver politik Partai Nasdem yang dinahkodai Surya Paloh (SP). Sebab berbagai manuver itu sama sekali tak seirama dengan upaya membangun pemerintahan yang efektif.

Direktur Eksekutif Segitiga Institute Muhammad Sukron mengatakan, saat ini publik memahami bahwa pemerintahan Jokowi-KH Ma`ruf baru mulai bekerja. Sedangkan masyarakat masih lelah dengan berbagai manuver politik pada pemilu 2019.

Kata Sukron, keinginan Jokowi tentu saja sama dengan keinginan publik, yakni situasi yang tenang setelah hasil pilpres menunjukkan koalisi pemerintahan mayoritas. Bahkan Jokowi juga berhasil menarik lawannya di Pilpres lalu, Prabowo Subianto, dan duduk bersamanya menjadi menteri pertahanan.

Namun, harapan itu agak terganggu ketika Nasdem muncul dengan berbagai manuver. Bukannya bekerja baik dan mendukung pemerintahan, kata Sukron, Surya Paloh malah membuat manuver yang dinilai tidak perlu.

"Sama seperti publik yang kecewa, Pak Jokowi juga wajar bila kecewa dengan manuver Nasdem ini. Sebab seharusnya Nasdem bukan bikin ricuh, tapi membangun situasi kondusif agar pemerintahan fokus bekerja mewujudkan janji kampanye di pilpres lalu," urai Sukron.

Baginya, publik bisa melihat dengan jelas bagaimana seorang Surya Paloh membawa Nasdem untuk berusaha `menyakiti hati` Presiden Jokowi. Bukannya mendukung langkah Jokowi merangkul Prabowo, Nasdem tampaknya melawan dengan langkah politik merangkul Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Lucunya, bila dipikir, buat apa merangkul PKS sementara Prabowo dan Gerindra sudah di dalam pemerintahan? Kenapa Surya Paloh tak merangkul, misalnya, Partai Demokrat yang lebih besar? Lagipula, dengan jumlah koalisi plus Gerindra saat ini, PKS tak dibutuhkan," urainya.

Dan yang lebih menyakiti, adalah bagaimana Surya Paloh memperlakukan Anies Baswedan seakan sebagai figur baru partai itu.

Menurut Sukron, walau setengah hati mendukung Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub Jakarta lalu, namun publik masih mengingat bagaimana Surya Paloh `mengelu-elukan` Ahok di saat jayanya memimpin Jakarta. Termasuk ketika bertarung melawan Anies di pilkada.

Dengan kini tiba-tiba Nasdem mengelu-elukan Anies, menurut Sukron, publik akan dengan mudah melihat sosok Surya Paloh dan Nasdem yang melakukan segala sesuatunya sesuai kepentingan diri sendiri.

Baginya, publik sama sekali tidak bisa melihat perwujudan norma kesopan-santunan dari cara Nasdem demikian. Dan hal yang sama juga sepertinya terjadi terhadap Jokowi, dengan berpalingnya Nasdem ke Anies.

"Ibarat kata pepatah, habis manis sepah dibuang. Kalau Ahok sudah tak guna, Jokowi sudah tak guna, ya dibuang dan ditinggalkan," imbuh Sukron.

Bagi Sukron, Nasdem dan Surya Paloh sama sekali tak `memandang` rakyat Indonesia yang menjadi pendukung Jokowi. Dia seharusnya memahami, bahwa menyakiti Jokowi sama saja menyakiti ratusan juta rakyat Indonesia yang mendukungnya.

"Rakyat yang mendukung Jokowi seakan diabaikan oleh Nasdem dan Surya Paloh," ujar Sukron.

KEYWORD :

Manuver Politik Surya Paloh




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :