Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro (Foto: KSKP)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, cepat atau lambat Indonesia pasti akan membangun tenaga nuklir.
Pasalnya, saat ini di Tanah Air ada banyak industri yang memerlukan konsumsi listrik dalam daya tinggi, termasuk smelter yang digunakan industri untuk memurnikan logam.
"Smelter itu pada intinya butuh listrik skala besar dan kalau dalam skala besar, harganya tidak mungkin mahal, karena nanti industri smelter menjadi tidak berjalan. Listrik itu harganya harus relatif terjangkau oleh masyarakat. Di sinilah energi nuklir bisa masuk, menjawab kebutuhan listriknya dan biaya ekonomisnya," kata Menristek pada Kamis (14/11) dalam keterangannya.
Bambang mengungkapkan masih ada sejumlah kalangan yang belum percaya Indonesia sudah menguasai teknologi nuklir untuk maksud damai, menjalankan operasional teknologi nuklir, dan menjaga reaktor nuklir untuk penelitian dan pengembangan tersebut, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Bagaimanapun masyarakat awam itu pada umumnya bertindak atau bereaksi karena persepsi, belum tentu mereka memahami kondisi yang real. Mungkin mereka belum pernah lihat kondisi di reaktor nuklir untuk litbang yang dipunyai oleh BATAN sebenarnya seperti apa," ungkap dia.
Bambang menjelaskan, selama ini sudah memiliki tiga reaktor nuklir untuk penelitian dan pengembangan, yang masih aktif dan tidak pernah terjadi kecelakaan karena prosedur keamanannya sangat ketat, tidak hanya dikontrol oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), namun juga diawasi langsung oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Badan Internasional Energi Atom (the International Atomic Energy Agency/IAEA).
Ketiga reaktor tersebut terletak di Serpong (Tangerang Selatan), Bandung, dan Yogyakarta.
"Hal ini justru membuktikan bahwa Indonesia sangat siap untuk membangun PLTN di masa yang akan datang, untuk menjawab kebutuhan energi di Indonesia," jelas dia.
Dalam keterangannya, Bambang meminta BATAN dan BAPETEN supaya lebih gencar menyosialisasikan kepada masyarakat tentang manfaat nuklir serta keamannanya. Dengan demikian, mereka tidak terpengaruh oleh persepsi maupun hoaks mengenai isu negatif PLTN.
Berdasarkan survey yang ada, kata dia, tingkat keberterimaan masyarakat atas nuklir semakin membaik dari tahun ke tahun, namun tetap masih perlu ditingkatkan sehingga yang kontra di bawah sepuluh persen.
"Kadang-kadang kontra atau anti terhadap sesuatu itu terjadi karena disinformasi, karena informasi yang kurang lengkap atau informasi yang diterima salah (hoax). Sehingga informasi salah yang di terima masyarakat dapat menjadi misleading dan membentuk opini masyarakat yang keliru," papar dia.
Menristek mengungkapkan, negara-negara industri sudah lama mempercayakan tenaga nuklir sebagai salah satu alternatif sumber listriknya. Sehingga, Indonesia dapat bertukar standar keamanan, kompetensi, dan teknologi dengan negara-negara tersebut, selain juga melalui IAEA, dimana Indonesia menjadi anggotanya.
"China pun sudah mulai mengarah ke nuklir. Perancis pun sudah seperti itu di Eropa. Jepang juga meskipun Fukushima sempat ada gonjang-ganjing, tapi mereka tetap lanjut dengan teknologi nuklir. Di Korea Selatan ada sekitar dua puluh tiga PLTN yang mereka sudah punya," tandas dia.
KEYWORD :Menristek Bambang Brodjonegoro Nuklir