Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi (kiri) dan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Riset dan Teknologi Ali Ghufron Mukti
Jakarta, Jurnas.com - Di tengah kemajuan teknologi digital, guru dituntut menguasai literasi dasar, yakni membaca, menulis, menyimak, bertutur, dan berhitung (calismakturtung).
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik (PB PGRI) Unifah Rosyidi, pada Senin (18/11) di Jakarta.
Menurut Unifah, kelima literasi dasar tersebut merupakan pengantar bagi guru sebelum memiliki 5C, yakni critical thinking, collaborative, communicative, creative, dan communicative yang merupakan tuntutan Revolusi Industri 4.0.
"Pertama guru membiasakan muridnya membaca. Jadi yang tugasnya membaca bukan cuma guru bahasa Indonesia saja. Membaca itu untuk selanjutnya meminta murid menuliskan kembali apa yang mereka baca," ujar Unifah kepada awak media.
Tidak hanya membaca dan menulis, lanjut Unifah, guru juga harus mendorong siswanya menyimak hasil bacaan tersebut, dengan cara menganalisa lebih dalam. Setelah menyimak, kemudian siswa bertutur denga cara menceritakan kembali di depan kelas.
"Terakhir, menghitung. Menghitung ini bukan cuma matematika, tapi juga bagaimana mengetahui literasi data dan lain sebagainya," jelas Unifah.
Unifah mengatakan, calismakturtung penting diterapkan secara massif. Pasalnya, bagaimanapun pesatnya teknologi tanpa diiringi dengan kelima literasi dasar tersebut, dampaknya tidak akan tepat sasaran.
"Apakah teknologi itu bisa menggerakkan hati? Ini (calismakturtung) bisa mengimbangi teknologi agar bisa menggerakkan hati, di mana guru dilibatkan bersama siswa melakukan calismakturtung, agar kelas menjadi hidup," terang dia.
Sementara Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti menyebut ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas guru, yakni pola pikir, kemanusiaan, dan 5C.
"Kalau kemanusiaannya tidak dibangun, bisa kalah dengan kecerdasan buatan (AI) dan robot. Karena semua sudah digantikan oleh robot. Jadi yang tidak mungkin digantikan oleh robot adalah kemanusiaan. Simpati dan empati harus dibangun di sekolah," tegas Ghufron.
KEYWORD :Calismakturtung Unifah Rosyidi Ketua PGRI Guru