Sabtu, 23/11/2024 21:36 WIB

Pengamat Perkelapasawitan Sebut Sertifikat RSPO Sarat Kepentingan

Produsen sudah mampu memenuhi prinsip dan kriteria sertifikat berkelanjutan sesuai permintaan negara maju terutama Eropa, tapi harga sawit masih murah.

Pengamat Perkelapasawitan, Maruli Gultom (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Pengamat Perkelapasawitan, Maruli Gultom menilai sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) lebih banyak memuat kepentingan bisnis dari pada membela kepentingan industri sawit baik produsen dan petani.

Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara dalam diskusi "Evaluasi Penyerapan CPO Bersertifikat di Pasar Global" yang selenggarakan  Majalah Sawit Indonesia di Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA), Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (26/11).

Maruli menjelaskan, setiap tahun, penjualan Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) terus bertengger di bawah 50 persen yang berujung pada oversuplai CSPO dan tidak adanya harga premium bagi konsumen.

Padahal, lanjut Maruli, produsen sudah mampu memenuhi prinsip dan kriteria sertifikat berkelanjutan sesuai permintaan negara maju terutama Eropa.

"RSPO tidak membela kepentingan industri sawit baik produsen dan petani. Yang terjadi, tekanan terus diberikan. Saat harga turun ataupun tidak ada premium price. Mereka tidak membela anggotanya," kata Maruli.

Maruli  menengarai sertifikasi RSPO lebih banyak memuat kepentingan business to business. Buktinya, anggota RSPO harus membayar iuran setiap tahun.

Mahalnya biaya sertifikasi dan surveillance menjadi bukti RSPO lebih banyak bersifat bisnis. "Produsen mau saja bayar untuk dipermalukan oleh NGO dalam forum tahunan. Kalaupun ingin menerapkan prinsip sustainable tidak perlu menjadi anggota RSPO," ujarnya.

Ia pun mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab saat harga premium tidak terwujud. Bukannya sertfikas RSPO ini memberikan nilai tambah bagi pesertanya, malah sebaliknya.

Maruli menilai, penolakan sawit di Eropa bukanlah persoalan merusak lingkungan tetapi persaingan energi dengan produk minyak nabati yang diproduksi Eropa seperti kedelai, rapeseed, dan sun flower.

"Yang harus dipahami bahwa tidak semua konsumen di Eropa mau membayar harga premium bagi produk minyak sawit berkelanjutan. "Siapa yang bertanggung jawab saat premium price tidak ada bagi produsen dan petani sawit," ungkapnya.

KEYWORD :

Maruli Gultom Sertifikat RSPO Pasar Global




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :