Sabtu, 23/11/2024 02:11 WIB

Rusia Ungkap Rencana Teroris Umbar Kebencian di Suriah

Pemerintah Barat dan sekutunya tidak pernah berhenti menyalahkan Damaskus setiap kali terjadi serangan kimia.

Kilatan rudal menerangi langit di atas Damaskus saat AS melancarkan serangan ke Suriah, 14 April 2018 (Foto: Hassan Ammar/AP)

Moskow, Jurnas.com - Rusia memperingatkan, anggota teroris Takfiri Hayat Tahrir al-Sham (HTS) bersama-sama dengan  kelompok pertahanan sipil White Helmets berencana melakukan serangan kimia di Suriah untuk melakukan provokasi.

"Melalui beberapa saluran, kami menerima laporan, militan dari kelompok komandan lapangan Abu Malek, yang merupakan bagian dari Hayat Tahrir al-Sham, bersama organisasi White Helmets, berencana melakukan provokasi yang melibatkan serangan udara bertahap dan menggunakan senjata kimia di daerah berpenduduk zona de-eskalasi Idlib," kata Kementerian Pertahanan Rusia.

"Militan sudah memilih penduduk lokal yang akan berpartisipasi dalam pembuatan film adegan yang menggambarkan konsekuensi dari serangan udara dan penggunaan agen beracun," sambungnya.

Pernyataan yang dirilis pada Selasa (26/11) itu lebih lanjut mencatat, penduduk kota Sarmada di ujung barat laut Suriah sudah melihat sekelompok orang tak dikenal dan tiga truk mengangkut berbagai kontainer yang berisi bahan kimia tak dikenal awal bulan ini.

"Salah satu kendaraan membawa peralatan video profesional dan serpihan-serpihan udara dan artileri dengan tanda identifikasi Soviet dan Rusia," kata pernyataan itu.

Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengatakana,  militan berencana membuat rekaman palsu fasilitas sipil yang diduga dihancurkan dalam serangan udara, penembakan artileri dan serangan kimia di provinsi Idlib.

Vido tersebut nantinya akan dipublikasikan di media sosial untuk mengkambing hitamkan pemerintah Suriah dan Rusia atas tindakan mereka terhadap warga sipil.

Amerika Serikat (AS) sudah memperingatkan akan menanggapi serangan senjata kimia pasukan pemerintah Suriah dengan serangan balasan. Ia menekankan bahwa serangan itu akan lebih kuat daripada yang dilakukan pasukan AS, Inggris dan Prancis tahun lalu.

Pada tanggal 14 April 2018, As, Inggris dan Prancis melakukan sejumlah serangan udara terhadap Suriah atas dugaan serangan senjata kimia di kota Douma, yang terletak sekitar 10 kilometer timur laut ibukota Damaskus.

Washington dan sekutunya menyalahkan Damaskus atas serangan Douma yang dibantah pemerintah Suriah.

Pada 11 September tahun lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengecam ancaman AS untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Suriah sebagai bagian dari kebijakan pemerasan Washington.

"Tidak seperti AS, Inggris, dan sekutu mereka, Rusia memberikan fakta-fakta khusus setiap hari melalui Kementerian Pertahanannya, Kementerian Luar Negeri serta misi di New York, Den Haag dan Jenewa," ujar Ryabkov.

"Kami secara khusus menyebutkan poin geografis, di mana persiapan sedang dilakukan untuk kelompok teroris tertentu yang didukung oleh AS dan sekutunya untuk melakukan provokasi," kata Ryabkov.

Pemerintah Barat dan sekutunya tidak pernah berhenti menyalahkan Damaskus setiap kali terjadi serangan kimia.

Suriah menyerahkan persediaan senjata kimia pada tahun 2014 ke misi bersama yang dipimpin AS dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Ia juga secara konsisten membantah menggunakan senjata kimia.

KEYWORD :

Takfiri Hayat Tahrir al-Sham Rusia White Helmets Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :