Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim (Foto: Tasori/BKLM)
Jakarta, Jurnas.com - Indonesia menempati urutan ke-72 dari 77 negara dalam ranking Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, yang dirilis The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada Selasa (3/12) siang.
Artinya, peringkat Indonesia dalam PISA 2018 mengalami penurunan dibandingkan PISA 2015, di mana Indonesia kala itu menempati peringkat 62 dari 70 negara.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyebut hasil ini memberikan perspektif baru terhadap pemerintah, dalam melakukan evaluasi dan pembenahan sistem pendidikan di Indonesia.
"Kalau saya menyebutnya cara belajar, yang mungkin bisa mengetahui apa yang (harus) kita perbaiki, harus kita bandingkan," ujar Nadiem dalam taklimat media di kantor Kemdikbud Jakarta.
Menyoroti hasil PISA 2018, Indonesia memperoleh skor membaca, matematika, dan sains sebesar 371, 379, dan 396. Ketiga skor tersebut mengalami penurunan dibandingkan PISA 2015, di mana Indonesia mendapatkan nilai 397, 386, dan 403.
Karena itu, Mendikbud berpandangan bahwa kini sudah saatnya guru dan orang tua mengubah paradigma membaca terhadap anak. Jika sebelumnya kegiatan membaca kerap dipaksakan, maka perlahan-lahan diubah menjadi anjuran, serta menyesuaikan dengan bacaan yang disukai oleh siswa.
"Dari situ akan menjadi compounding effect, di mana dia akan merasa bahwa membaca adalah suatu hal yang baik, dan secara otomatis apapun yang kita enjoy, kita pasti semakin lama akan semain baik dalam skill itu," kata dia.
Lebih lanjut, Mendikbud juga sedang mengkaji masalah sistem asesmen. Menurut Nadiem, asesmen perlu dibuat agar fokus pada kompetensi mendasar yang berguna secara luas.
Hasil asesmen juga akan dilaporkan dalam bentuk yang bermanfaat bagi perbaikan praktik pengajaran di kelas, maupun perumusan kebijakan pendidikan.
"Kita harus berani berubah dan berbenah. Sesuai dengan arahan Presiden untuk menciptakan SDM unggul, kami akan terus menelaah upaya untuk melakukan terobosan-terobosan," tutur dia.
"Peningkatan kualitas pembelajaran menjadi hal yang utama. Kami akan terus melibatkan guru dan orang tua. Penting bagi pemerintah untuk memberikan ruang bergerak yang cukup untuk pihak-pihak terkait dapat terlibat dan ikut belajar," imbuh Nadiem.
Fokus pemerintah meningkatkan akses pendidikan telah membuahkan hasil dalam satu dekade terakhir. Pada 2000, hanya 39 persen penduduk usia 15 tahun yang bersekolah pada jenjang SMP atau SMA, sementara pada 2018, angka tersebut meningkat menjadi 85 persen.
Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, mengatakan setelah kemajuan luar biasa dalam akses ke sekolah, sekarang saatnya bagi Indonesia untuk memastikan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas.
"Semua siswa dapat mencapai tinggi jika dukungan yang baik dan tepat sasaran diberikan. Terutama bagi siswa yang kurang beruntung. PISA menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah takdir," tulis Andreas kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Totok Suprayitno.
KEYWORD :Mendikbud Nadiem Anwar Makarim PISA 2018 Pendidikan