Jum'at, 22/11/2024 20:31 WIB

Korea Utara Kembali Provokasi AS

Para ahli rudal berpendapat bahwa uji yang dilaporkan kemungkinan merupakan uji statis mesin roket daripada peluncuran rudal, yang biasanya dan cepat terdeteksi negara tetangga Korea Selatan dan Jepang.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un menyaksikan peluncuran rudal balistiknya (Foto: Reuters)

Pyongyang, Jurnas.com - Korea Utara berhasil melakukan uji coba yang sangat penting di pusat peluncuran antariksa. Percobaan itu di tengah memanasnya hubungan antara Washington dan Pyongyang karena pembicaraan denuklirisasi mandeg.

Kantor berita resmi Korea Utara KCNA, mengutip seorang juru bicara di Akademi Ilmu Pertahanan Nasional Korea Utara, melaporkan bahwa tes telah dilakukan di situs peluncuran satelit Sohae di pantai barat laut negara itu.

"Tes yang sangat penting dilakukan di Sohae Satellite Launching Ground pada sore hari 7 Desember 2019," kata KCNA, menambahkan bahwa hasil tes terbaru akan memiliki efek penting pada perubahan posisi strategis Korea Utara.

Para ahli rudal berpendapat bahwa uji yang dilaporkan kemungkinan merupakan uji statis mesin roket daripada peluncuran rudal, yang biasanya dan cepat terdeteksi negara tetangga Korea Selatan dan Jepang.

Pada akhir November, Pyongyang berhasil menguji sistem peluncuran roket multipel super besar, menandai uji coba senjata ke-13 yang dilakukan negara itu tahun ini.

Ketegangan antara AS dan Korea Utara telah meningkat menjelang batas waktu akhir tahun yang ditetapkan oleh Pyongyang bagi Washington untuk mengambil jalan baru dan mengubah kebijakannya untuk menuntut denuklirisasi sepihak Korea Utara. Washington telah menolak timeline itu.

Pada hari Sabtu, duta besar Korea Utara untuk PBB mengatakan denuklirisasi sekarang dari meja perundingan dengan AS, dan pembicaraan panjang dengan Washington tidak diperlukan.

"Kami tidak perlu melakukan pembicaraan panjang dengan AS sekarang dan denuklirisasi sudah keluar dari meja perundingan," kata Kim Song dalam sebuah pernyataan.

Kim Song juga menambahkan bahwa "dialog yang berkelanjutan dan substansial" yang dicari oleh AS adalah trik menghemat waktu yang sesuai dengan agenda politik domestiknya, sebuah rujukan pada upaya pemilihan ulang Presiden AS Donald Trump tahun 2020.

Korea Utara dan AS telah terlibat dalam diplomasi on-and-off sejak 2018. Sementara para pemimpin mereka telah bertemu tiga kali, negosiasi aktual menuju demiliterisasi telah tersendat.

Korea Utara berada di bawah beberapa putaran sanksi keras oleh PBB dan AS atas program nuklir dan misilnya. Terlepas dari sanksi-sanksi itu, telah mengambil beberapa langkah sepihak sebagai tanda niat baik dalam perjalanan diplomasi dengan AS.

Washington, bagaimanapun, gagal untuk menawarkan bantuan sanksi sebagai imbalan.

KEYWORD :

Korea Utara Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :