Sabtu, 23/11/2024 23:40 WIB

Sanksi AS Lembek, Ekspor Metanol Iran Naik

Amerika Serikat mengklaim sanksi terhadap Teheran sangat efektif menurunkan kekayaan Iran serta menumpulkan kemampuan berdagang dengan negara-negara lain di dunia.

Bendera kebangsaan Iran. (Foto: Leonhard Foeger/Reuters)

Teheran, Jurnas.com - Direktur Pelaksana Perusahaan Petrokimia Teluk Persia, Apadana Jalil Qasami mengatakan, Iran terus menjual metanolnya meskipun ada sanksi sepihak dari Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor negara itu.

"Pasar kami untuk ekspor metanol dijamin dan kami tidak khawatir untuk mengekspor produk ini," kata Qasami dalam konferensi pers pada Rabu (11/12).

Pernyataannya itu disampaikan seminggu setelah Wakil Presiden Iran, Eshaq Jahangiri mengatakan, Negeri Para Mullah masih menjual minyaknya meskipun ada sanksi dan tekanan maksimum Washington di Teheran.

Pernyataan itu membantah klaim Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo bahwa sanksi terhadap Teheran sangat efektif menurunkan kekayaan Iran serta menumpulkan kemampuan berdagang dengan negara-negara lain di dunia.

Gedung Putih sudah berjanji untuk menekan ekspor minyak Iran, sumber utama pendapatan negara menjadi berkurang, tetapi Jahangiri menyatakan bahwa rencana tersebut sudah gagal.

China, yang memiliki kapasitas metanol keolefin utama, adalah pasar utama Iran. Lima importir terbesarnya menyumbang 60% dari pasokan metanol Iran ke Cina.

India adalah importir utama lain dari metanol Iran sebelum AS menyasar industri minyak, petrokimia, baja, semen dan otomotif Iran dengan sanksi tahun lalu. Pengiriman metanol Iran juga pergi ke Eropa, dengan Italia menyumbang sebagian besar impor.

Menurut Qasami, Iran saat ini memproduksi 8,3 juta ton metanol per tahun, 300.000 ton di antaranya dikonsumsi di dalam negeri dan 8 juta ton sisanya diekspor.

AS memiliki minat khusus dalam upaya mengekang ekspor metanol Iran. Washington bekerja untuk meningkatkan kapasitasnya lebih dari tiga kali lipat dan beralih dari importir ke eksportir, dengan Eropa dan Asia dalam pandangannya.

Menurut GlobalData, perusahaan data dan analisis terkemuka bahwa Iran, Rusia, dan AS diperkirakan akan mendorong pertumbuhan industri metanol global dari pabrik yang direncanakan dan diumumkan antara 2019 dan 2030. 

Bersama-sama ketiga negara ini akan menyumbang sekitar 64% dari total penambahan kapasitas metanol global. Iran ditetapkan untuk memiliki penambahan kapasitas terbesar 36,71 juta ton per tahun pada tahun 2030.

Kaveh Methanol di provinsi Bushehr selatan, dengan kapasitas 2 juta ton per tahun, adalah yang terbesar di Iran. Metanol digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti produksi MBTE aditif bensin, bahan bakar bersih atau produksi polimer.

Iran menghasilkan metanol dari metana, yang membuatnya menjadi bahan bakar hijau, lebih murah dan lebih berlimpah daripada diesel. Sebagai perbandingan, Cina menghasilkan 80 persen dari 60 juta ton metanol per tahun dari batu bara, yang sangat mencemari.

KEYWORD :

Sanksi Amerika Serikat Ekspor Metanol Ekspor Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :