Minggu, 24/11/2024 00:46 WIB

China dan Rusia Desak PBB Sanksi Korut

Kedua negara itu memperingatkan bahwa dialog untuk menyelesaikan ketegangan nuklir tidak boleh mundur.

Presiden Tiongkok Xi Jinping (kanan) dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berjalan di Rumah Tamu Negara Kumsusan di Pyongyang, Korea Utara, pada 21 Juni 2019 . (Via AFP)

Beijing, China pada hari Selasa mendesak Dewan Keamanan PBB untuk dengan suara bulat mendukung proposal bersama dengan Rusia untuk memudahkan sanksi terhadap Korea Utara.

Namun kedua negara itu memperingatkan bahwa dialog untuk menyelesaikan ketegangan nuklir tidak boleh mundur.

Korut sebelumnya mengeluarkan ancaman melengking dalam beberapa pekan terakhir, bahkan menjanjikan "hadiah Natal" yang tidak menyenangkan jika Amerika Serikat (AS) tidak menyepakati beberapa konsesi.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan "kecewa" jika Korea Utara berulah lagi. Dia memperingatkan bahwa jika itu terjadi, "kami akan membereskannya."

"Kami mengawasinya dengan sangat cermat," tegas Trump di Gedung Putih.

Negosiasi antara Washington dan Pyongyang sebagian besar terhenti sejak gagal KTT Februari lalu di Hanoi, antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

"Ini adalah periode penting dan sensitif bagi semenanjung itu, dan urgensi solusi politik semakin meningkat," kata juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang pada Rabu (18/12) dikutip dari AFP.

Komunitas internasional harus "mencegah semenanjung dari kembali ke konfrontasi yang tegang, dan menghindari pembalikan serius dari situasi," tambah Geng.

Rusia dan Cina memperkenalkan rancangan resolusi bersama di PBB pada Senin lalu, untuk berupaya memberikan sanksi terhadap Pyongyang atas kegiatan nuklirnya.

"Kami berharap Dewan Keamanan dengan suara bulat akan mendukung penyelesaian politik masalah Semenanjung, dan mendorong Washington dan Pyongyang untuk menghormati keprihatinan satu sama lain," terang Geng.

Dia mengatakan, "kontak harus dipulihkan sesegera mungkin untuk memecahkan kebuntuan dan untuk mencegah proses dialog dari pelecehan atau bahkan kemunduran."

KEYWORD :

China Rusia Nuklir Korut Korea Utara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :