Presiden Iran, Hasan Rouhani (Foto: Abedin Taherkenareh/EP)
Kuala Lumpur, Jurnas.com - Presiden Hassan Rouhani dari Iran telah mengecam Amerika Serikat (AS) karena menggunakan sanksi dan ancaman ekonomi untuk memaksakan kehendaknya sendiri pada negara-negara lain.
Dalam pembukaan KTT Kuala Lumpur 2019 di ibukota Malaysia pada Kamis (19/12), ia mengatakan, negara Muslim harus bergandengan tangan untuk menghadapi terorisme ekonomi AS dengan meningkatkan ikatan perbankan dan mengganti dolar dalam transaksi.
Rouhani menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi dunia Muslim di bidang ekonomi, budaya keamanan dan identitas. Ia mengatakan, masalah itu menghambat kemajuan negara Muslim di dalam negeri dan di panggung internasional.
Rouhani mengecam sanksi dan tindakan terorisme ekonomi yang dijadikan Paman Sam sebagai senjata untuk mendominasi dan memaksakan tuntutannya sendiri yang tidak sah di negara-negara lain.
"Dunia Muslim harus bekerja untuk menyusun langkah-langkah yang dimaksudkan untuk menyingkirkan dominasi dolar dan sistem keuangan AS," kata Rouhani.
Rouhani menambahkan, negara Muslim dari Afrika Utara ke Asia Timur bergulat dengan berbagai tantangan keamanan serius, termasuk perlakukan AS dan Israel serta ekstremisme dan terorisme, yang membuka jalan campur tangan asing di negara-negara tertentu.
"Perang di Suriah dan Yaman serta konflik di Irak, Lebanon, Libya, dan Afghanistan adalah hasil dari campuran ekstremisme domestik dan campur tangan asing," tarang Rouhani.
Rouhani menekankan, perlunya umat Islam untuk memanfaatkan potensi besar yang dimilikinya. "Jika kita kembali ke kapasitas nasional dan Islam kita dan mengandalkan kekuatan internal kita, kita dapat mengubah semua tantangan yang disebutkan menjadi peluang untuk kemajuan dan pengembangan," katanya.
Rouhani merujuk pada empat dekade Iran yang sukses menghadapi berbagai tantangan terhadap bangsa, terutama dari AS, Rouhani mengatakan, dunia Muslim sekarang dapat mengikuti contoh Republik Islam untuk menangani masalah-masalahnya.
"Republik Islam adalah hari ini dikenal sebagai panutan menahan dan perlawanan. Menyusul Revolusi Islam (1979), Iran dengan bangga melewati tiga gelombang menakutkan, termasuk terorisme, perang, dan sanksi," katanya.
"Saya percaya bahwa model ini dapat melayani dunia Muslim," sambungnya.
Dunia Islam, katanya, harus tetap fokus pada upaya untuk menyelesaikan tantangan utamanya yaitu soal pendudukan Israel di Palestina dan menahan diri dari menyibukkan diri dengan isu-isu yang tidak penting atau memecah-belah.
Rouhani mengatakan krisis yang mencengkeram Yaman, Suriah, Lebanon, Afghanistan, dan Libya adalah hasil dari “kebijakan yang tidak bertanggung jawab dan memecah belah.
"Untuk membantu menyelesaikan konflik, negara-negara Muslim harus mengatur panggung untuk dialog dan interaksi ajaran Islam berbasis pada penghormatan terhadap negara-negara kedaulatan," tegasnya.
KEYWORD :Sanksi Amerika Serikat KTT Kuala Lumpur Donald Trump Hassan Rouhani