Sabtu, 23/11/2024 19:53 WIB

Angkat Jalur Rempah di Rakernas, PDIP: Kehebatan Politik Berdikari

Kami justru melihat bangsa kita sebenarnya lebih butuh gagasan yang menggelorakan kemajuan dan semangat berdikari

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto

Jakarta, Jurnas.com - Tema `jalur rempah` yang diusung PDi Perjuangan dalam rapat kerja nasional (Rakernas) I 2020 dan HUT ke-47 PDI Perjuangan banyak yang menilai menentang arus.

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyadari benar, bahwa mengangkat isu `jalur rempah` sangat tidak seksi dalam konteks isu politik nasional. Namun, pihaknya juga tak ingin pentas politik nasional sekedar dikuasai oleh isu politik kekuasaan yang liberal.

Kata Hasto, ketika media cenderung lebih suka melihat sesuatu yang bertarung berhadap-hadapan, meributkan gagasan-gagasan yang bisa memecah belah bangsa.

"Kami justru melihat bangsa kita sebenarnya lebih butuh gagasan yang menggelorakan kemajuan dan semangat berdikari," kata Hasto saat membuka diskusi sebagai rangkaian acara acara menuju peringatan HUT ke-47 dan Rakernas I, Senin (23/12/2019).


Karena itu, PDIP lebih ingin mengajak seluruh rakyat dan pelaku pentas politik nasional berbicara soal kuliner Indonesia yang paling lengkap sedunia. Hingga Founding Father Soekarno pernah membuat buku Mustika Rasa berisi lebih dari seribu resep makanan dengan berbagai varian serta cita rasa khas Indonesia.

"Saking kayanya, bahkan makanan terenak di dunia versi CNN.Com itu adalah rendang. Dan nomor dua adalah nasi goreng. Dan keduanya dari Indonesia," ujarnya.

Berbicara topik demikian akan membuat rakyat Indonesia mengingat lagi bahwa kayu cendana, kayu manis, pala, kapulaga, cengkeh, dll, potensi pengembangan hulu hilir dapat hadir sebagai keuanggulan produk nusantara.

"Aroma cendana misalnya, ini memiliki fungsi healing, menyembuhkan. Jadi ketika jalanan macet, pusing mendengar Taman Ismail Marzuki dibangun hotel tanpa mengingat kebudayaan kerakyatan, aromanya bisa menyembuhkan," kata Hasto sambil tersenyum.

Dengan mengangkat tema yang tidak mainstream sama sekali seperti itu, kata Hasto, pihaknya justru sedang berusaha mengajak Indonesia untuk melihat keluar. Ada pesan kuat bahwa daripada terus ribut di dalam negeri sendiri, saling mencaci dan mengkafirkan, Indonesia justru butuh kemajuan untuk bisa bersaing di tingkat dunia.

"Maka kami mengajak untuk outward looking," imbuhnya.

Lewat kajian jalur rempah, kata Hasto, PDIP ingin mengajak masyarakat melihat politik dari aspek substansi kekuatan sumber daya sendiri. Ke depan, yang disasar adalah bukan ukuran kemakmuran berdasarkan indeks Bank Dunia, namun kemampuan riil masyarakat untuk hidup sehari-hari.

"Kita memilih tanah subur, cuaca yang mendukung. Maka berpolitik bagi kami adalah dalam pengertian membumi, bagaimana membentuk kehidupan kita berdasar apa yang kita punya itu," kata Hasto.

"Jadi ilmu yang kita gali bukan ilmu ke Mars, tapi bagaimana mengolah rempah dan sumber daya kita dengan berbasis ilmu dan teknologi kita sendiri. Dan kami mencari ruang berpolitik bukan berantem demi kekuasaan. Jadi politik yang substansi," tegas pria asal Yogyakarta itu.

Untuk diketahui, mayoritas ajang rapat kerja partai politik di Indonesia memang banyak menyangkut isu kekuasaan dan bagi-bagi jabatan. PDIP memang tercatat sebagai parpol yang pertama kali mengangkat isu seperti jalur rempah ini.

Diskusi itu sendiri bertema "Potensi Rempah Nusantara untuk Kemajuan Indonesia", dilaksanakan di Kantor DPP PDI Perjuangan Jln Diponegoro 58, Jakarta Pusat. Hadir sebagai narasumber adalah Prihasto Setyanto dari Kementerian Pertanian, Devita Agus dari Mustika Ratu, dan Fadly Rahman dari Universitas Padjajaran. Hadir juga Ketua DPP PDIP Sri Rahayu.

KEYWORD :

Jalur Rempah Rakernas I PDI Perjuangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :