Sabtu, 23/11/2024 05:09 WIB

Gubernur Tamaki Tolak Rencana Relokasi Pangkalan AS di Okinawa

Relokasi pangkalan itu tidak hanya akan mengancam ekosistem laut yang halus di daerah itu, tetapi juga membahayakan 2.000 penduduk setempat, dan dengan demikian, mereka ingin pangkalan itu pindah sepenuhnya dari Okinawa.

Gubernur Okinawa Denny Tamaki menunjukkan sebuah papan, yang menampilkan statistik pangkalan militer AS di Jepang termasuk Okinawa, selama konferensi pers di Tokyo pada 1 Maret 2019. (Foto: AFP)

Tokyo, Jurnas.com - Gubernur Okinawa, Denny Tamaki kembali meminta kepada pemerintah pusat Jepang  menghentikan rencana konstruksi kontroversial pangkalan udara Amerika Serikat (AS) yang dipindahkan di pulau Jepang selatan.

Tamaki mengajukan permohonan sambil bereaksi terhadap perkiraan kementerian pertahanan Jepang pada awal minggu bahwa proyek akan membutuhkan lebih dari dua kali waktu dan biaya yang diproyeksikan sebelumnya.

Rencana pemerintah pusat mengharuskan Stasiun Udara Korps Marinir AS Futenma, yang saat ini terletak di bagian Okinawa yang sibuk dan padat penduduk, untuk dipindahkan ke wilayah pantai terpencil Henoko di Nago sekitar 50 kilometer jauhnya.

Relokasi pangkalan itu tidak hanya akan mengancam ekosistem laut yang halus di daerah itu, tetapi juga membahayakan 2.000 penduduk setempat, dan dengan demikian, mereka ingin pangkalan itu pindah sepenuhnya dari Okinawa.

"Untuk mencapai penutupan dan pengembalian stasiun udara Futenma sesegera mungkin, pekerjaan konstruksi seperti ini harus segera dihentikan," kata Tamaki kepada wartawan.

Kementerian pertahanan Jepang mengumumkan bahwa pemindahan pangkalan Futenma ke Henoko akan menelan biaya USD8,5 miliar dan memakan waktu 12 tahun, mendorong penyelesaiannya dan penutupan Futenma ke tahun 2030-an.

Di bawah rencana sebelumnya yang disetujui Tokyo dan Washington pada 2013, konstruksi menelan biaya sekitar USD3,2 miliar dan memakan waktu lima tahun, dengan penyelesaian diharapkan sekitar tahun 2022.

Rencana pembangunan kontroversial pangkalan udara AS sudah ditunda lebih dari 20 tahun karena oposisi keras dari penduduk setempat.

Administrasi Perdana Menteri Jepan, Shinzo Abe sudah bersumpah untuk melanjutkan dengan memindahkan pangkalan dan relokasi juga didukung oleh Washington. Pemerintah Tokyo dan pihak berwenang Okinawa berselisih mengenai rencana memindahkan pangkalan AS.

Relokasi Futenma ke Nago pertama kali disetujui pada tahun 1996 ketika AS berusaha menenangkan amarah lokal setelah prajurit AS memperkosa anak sekolah setempat. Tetapi rencana itu mandek karena oposisi lokal.

Dalam referendum yang diawasi ketat di Okinawa awal tahun ini, lebih dari 70 persen pemilih Okinawa menentang relokasi dan perluasan pangkalan udara Futenma Marinir AS ke bagian terpencil di dalam prefektur.

Banyak penduduk Okinawa mengasosiasikan pangkalan AS itu dengan kejahatan, polusi, dan kecelakaan dan ingin pangkalan itu keluar dari pulau sama sekali.

Okinawa menampung setengah dari sekitar 47.000 personel militer AS di Jepang. Itu membuat 64% dari tanah yang digunakan pangkalan AS di bawah perjanjian keamanan bilateral yang berakar pada kekalahan kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II.

Selama bertahun-tahun, pangkalan AS di Okinawa menuai protes dan aksi duduk. Pemilihan Tamaki tahun lalu, yang lahir pada 1959 dari ayah Marinir AS yang belum pernah ia temui dan seorang ibu Jepang, menyuntikkan energi yang penuh gairah pada sentimen anti-Amerika di Jepang.

Sentimen anti-AS meningkat setelah seorang prajurit AS dinyatakan bersalah pada Desember 2017 atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Okinawa berusia 20 tahun.

KEYWORD :

Denny Tamaki Pangkalan Udara Amerika Serikat Okinawa Jepang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :