Utusan khusus PBB untuk Libya dan kepala Misi Dukungan PBB di Libya (kanan),Ghassan Salame, berbicara selama konferensi pers bersama dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (Foto: AFP)
New York, Jurnas.com - Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Libya, Ghassan Salame mengatakan kesepakatan militer antara Turki dan pemerintah Libya yang didukung PBB mewakili eskalasi konflik di negara Afrika Utara.
Berbicara kepada harian Prancis Le Monde, Salame mengatakan perjanjian itu merupakan peningkatan yang jelas dari konflik di Libya.
Salame membuat pernyataan tersebut setelah presiden Turki mengirim Rancangan Undang-Undang (RUU) ke parlemen untuk mempercepat rencana untuk mengerahkan pasukan ke Libya.
RUU tersebut mengamanatkan pengerahan pasukan ke Libya meskipun ada penolakan oposisi, tiga hari setelah Ankara mengumumkan Pemerintah Libya Kesepakatan Nasional (GNA) telah secara resmi meminta dukungan militer dari Turki.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengumumkan berita itu saat konferensi pers pada Senin (30/12), setelah pertemuan tertutup dengan para pemimpin oposisi untuk menggalang dukungan bagi undang-undang tersebut.
Salamejuga menyesalkan apa yang disebutnya internasionalisasi konflik, yang semakin dalam tahun ini, menarik sejumlah besar kekuatan dan kekuatan eksternal.
"Kami telah melihat tentara bayaran dari beberapa negara ... tiba (di Libya) untuk mendukung pasukan Haftar di Tripoli. Kami menghadapi situasi yang sangat berbahaya di mana kredibilitas PBB dipertaruhkan," katanya.
Salame juga menyesalkan fakta bahwa Dewan Keamanan PBB belum mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dalam pertempuran untuk Tripoli.
Pernyataannya itu disampaikan ketika Mesir menyerukan pertemuan mendesak Selasa Liga Arab yang berbasis di Kairo untuk membahas "perkembangan di Libya dan kemungkinan eskalasi" di sana.
Sejak 2014, Libya telah dibagi antara dua kubu saingan: satu bermarkas di kota timur Tobruk, dan yang lainnya, pemerintah Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang dikenal secara internasional, yang dikenal sebagai GNA, di ibu kota Tripoli.
Seorang jenderal yang membangkang, Khalifa Haftar, adalah komandan memproklamirkan diri dari berbagai kelompok milisi, yang secara kolektif dikenal sebagai Tentara Nasional Libya (LNA), dan tampaknya mendukung pemerintah timur.
Pada April, pasukan Haftar melancarkan serangan untuk menangkap Tripoli. Meskipun bentrokan hebat dan mematikan antara kedua belah pihak, Haftar sejauh ini gagal mencapai tujuannya dan ofensifnya terhenti di luar ibukota.
KEYWORD :Ghassan Salame Konflik Libya