Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ahmad Umar
Jakarta, Jurnas.com - Hingga saat ini, jumlah Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri (MAKN) di Indonesia hanya ada dua. Satu MAKN berdiri di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sedangkan satu lainnya di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (Sulut).
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad Umar mengakui sulit untuk menambah MAKN dari jumlah yang sudah ada sekarang.
Menurut dia, untuk mendirikan sebuah madrasah negeri, pihaknya pertama-tama membutuhkan izin dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Selain itu, biaya yang dikeluarkan pun relatif besar.
"Kami sudah siapkan di Bengkulu dan Pekanbaru. Sudah siap asrama, kelas, tapi izin belum keluar dari MenPAN-RB," kata Umar kepada awak media di Kantor Kemenag pada Selasa (7/1).
"Prinsip kita (MAKN) ini memang tidak banyak-banyak, karena akan menggunakan biaya yang sangat besar, dan pasti akan menyedit biaya lain," lanjut dia.
Karena itu, alih-alih membangun Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri dari nol, dia berencana untuk mentransformasi madrasah negeri yang sudah ada, dengan ditambah keterampilan khusus.
"Kami memang tidak akan menambah madrasah (negeri), tapi meningkatkan mutu madrasah yang sudah ada," ujar Umar.
Umar menyebut, secara keseluruhan di Indonesia terdapat 82.272 madrasah. Namun dari jumlah tersebut, hanya lima persen di antaranya yang berstatus negeri.
Karenanya, untuk menekan disparitas mutu, Umar memerintahkan madrasah negeri maupun madrasah swasta yang punya kualitas bagus, untuk membimbing madrasah yang kualitasnya masih rendah.
"Kami menyadari keuangan kami. Kami tidak mungkin membuat zonasi agar semua madrasah bagus bersamaan. Yang ada, madrasah itu mengimbas. Meniru," tandas dia.
KEYWORD :Madrasah Vokasi Kementerian Agama Ahmad Umar