Sabtu, 23/11/2024 03:09 WIB

Dukung Pembunuhan Jenderal Soleimani, Rouhani Skat Mat Inggris

Pergolakan baru-baru ini yang menimpa wilayah tersebut secara tidak terduga merupakan akibat dari tindakan ilegal AS, termasuk penarikan dari perjanjian nuklir multilateral dengan Iran tahun lalu.

Presiden Iran, Hassan Rouhani (Foto: Tehran Time)

Teheran, Jurnas.com - Presiden Iran Hassan Rouhani bereaksi keras terhadap ekspresi dukungan beberapa pejabat Inggris atas agresi Amerika Serikat (AS) yang menewaskan pembunuhan Letnan Jenderal Qassem Soleimani di Irak baru-baru ini.

"Tidak ada keraguan bahwa jika bukan karena upaya Martir Letnan Jenderal Qassem Soleimani, Anda tidak akan menikmati ketenangan di London hari ini," kata Rouhani lewat sambungan telepon kepada Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Kamis (9/1).

Serangan udara AS menewaskan Jenderal Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan Abu Mahdi al-Muhandis, komandan Mobilisasi Populer Irak Unit (PMU) pada Jumat pekan lalu.

Jenderal Soleimani, yang paling dihormati di Timur Tengah, bekerja sama secara erat dengan PMU dan kelompok-kelompok kontra terorisme regional lainnya melawan teroris paling mematikan yang pernah mengambil alih wilayah tersebut, termasuk Daesh Takfiri.

Johnson dan mantan menteri luar negeri Inggris dan anggota parlemen saat ini, Jeremy Hunt, mendukung pembunuhan Soleimani. Johnson mengatakan pemerintah Inggris tidak menyesali pembunuhan gaya teroris Gedung Putih.

Tak lama setelah pembunuhan itu, Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan Washington akan menghadapi pembalasan keras atas kekejaman itu.

Kemudian pada Rabu (8/1) pagi, IRGC menembakkan peluru kendali balistik ke pangkalan udara Ain al-Assad di provinsi Anbar Irak barat, dan pos terdepan di Erbil, ibukota Kurdistan Irak semi-otonom, yang keduanya menampung pasukan AS.

Rouhani mengatakan, pergolakan baru-baru ini yang menimpa wilayah tersebut secara tidak terduga merupakan akibat dari tindakan ilegal AS, termasuk penarikan dari perjanjian nuklir multilateral dengan Iran tahun lalu.

"Tindakan teroris AS ini menentang semua peraturan internasional. Mereka telah memberi sanksi terhadap obat-obatan dan bahan makanan yang dibutuhkan oleh orang-orang selama dua tahun, dan melakukan kejahatan berat dengan membunuh Jenderal Soleimani, ”katanya.

AS meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 pada Mei lalu meskipun perjanjian sudah diratifikasi dalam bentuk resolusi Dewan Keamanan PBB. Washington juga mengembalikan sanksi yang telah dicabut berdasarkan perjanjian tersebut.

Mengikuti imbauan di bawah larangan Gedung Putih, Inggris, Prancis, dan Jerman juga berhenti memenuhi kewajiban bisnis dan perdagangan mereka terhadap Iran.

Johnson, pada bagiannya, menekankan perlunya perbaikan hubungan antara Teheran dan London. Ia mengatakan menjaga JCPOA memainkan peran penting dalam memperkuat keamanan internasional, dan mendesak upaya habis-habisan yang bertujuan menyelamatkan perjanjian itu.

KEYWORD :

Agresi Amerika Serikat Donald TrumpBoris Johnson Qassem Soleimani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :