Menteri Luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif
Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang kebudayaan Iran adalah tiruan dari pembantaian kelompok teroris Daesh terhadap warisan budaya negara-negara kawasan.
"AS berusaha meniru kejahatan perang Daesh, yaitu mengancam warisan budaya peradaban Iran yang berusia ribuan tahun," kata Zarif dalam pidatonya di depan sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Kamis (9/1).
Pernyataan itu dibacakan selama sesi DK PBB oleh Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-Ravanchi setelah Washington tidak mengeluarkan visa bagi Zarif untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Pekan lalu, Presiden AS Trump mengancam akan menyerang situs budaya Iran dalam menanggapi setiap pembalasan Iran atas pembunuhan Washington terhadap komandan anti-teror paling terkenal Timur Tengah Jenderal Qassem Soleimani Jumat lalu.
Setelah Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC) menghujani rudal dua pangkalan AS di Irak pada Rabu (8/1), Trump langsung menawarkan negosiasi dengan Republik Islam Iran.
Pada pidato tersebut, Zarif menggambarkan serangan terhadap Jenderal Soleimani dan sejumlah rekannya sebagai pembunuhan secara pengecut terhadap para pahlawan yang merupakan mimpi buruk kelompok-kelompok seperti Daesh.
Menteri kelahiran 7 Januari 1960 mengatakan, tanggapan Iran Rabu terhadap pembunuhan itu diukur dan proporsional dan dalam hak bela diri Iran sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB.
Zarif mengatakan pemerintahan Trump sudah menunjukkan pengabaiannya terhadap Piagam PBB, dengan menabur ancaman dan serangan terhadap Iran dan negara-negara berdaulat lainnya.
Zarif menyoroti upaya Washington untuk menggagalkan kesepakatan nuklir Iran 2015, menghukum siapa pun yang berusaha untuk mematuhi Resolusi 2231 PBB yang secara tegas mendukung Rencana Aksi Komprehensif Gabungan.
Ia juga mengecam Washington atas tindakan unilateralismenya dan pembangkangan norma dan hukum internasional.
"Dunia berada di persimpangan jalan. Dengan berakhirnya monopoli atas kekuasaan, satu rezim yang tidak dihancurkan dengan panik mendesak untuk membalikkan waktu," katanya.
KEYWORD :Agresi Amerika Serikat Donald Trump Javad Zarif Qassem Soleimani.