Tanaman sorgum (Foto: Humas Kementan)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mulai mengembangkan sorgum untuk keanekaragaman pangan. Saat ini, kebutuhan pangan pokok, khususnya beras masih sangat tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan trend permintaan pasar terhadap beras semakin meningkat. Sebelumnya umbi-umbian, jagung serta sagu berperan sebagai bahan pangan pokok masyarakat di sebagian wilayah di Indonesia, khususnya kawasan Timur.
Peran umbi-umbian dan jagung serta sagu semakin lama semakin berkurang dan tergantikan dengan beras sebagai bahan pangan pokok utama.
Dukung Ekspor Pertanian Meningkat, Syarief Hasan Tekankan Pentingnya Diversifikasi Produk
Untuk menekan laju permintaan pasar terhadap beras, Kementan terus menggalakkan program diversifikasi pangan.
Program tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras yang menjadi bahan pangan pokok utama.
Selain itu, program diversifikasi pangan dengan teknologi pengolahannya juga diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terus berinovasi menggali potensi-potensi pangan lokal lainnya selain umbi-umbian, jagung dan sagu.
Hadiri Advisory Board JIRCAS, Kepala Balitbangtan Usulkan Penyelarasan Teknologi Hadapi Perubahan Iklim
Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) salah satu unit pelaksana teknis di bawah Balitbangtan, saat ini sedang mengembangkan sorgum sebagai salah satu komoditas pangan potensial guna mendukung program diversifikasi pangan.
Kepala Balitsereal di Maros Sulawesi Selatan, Muh. Azrai menyampaikan bahwa sorgum berpotensi untuk mendukung program diversifikasi pangan karena sorgum dapat diolah secara sederhana sama seperti umbi-umbian, jagung dan sagu.
"Biji sorgum dapat diolah menjadi bahan setengah jadi dalam bentuk sosoh dan tepung, selanjutnya sorgum sosoh diolah menjadi nasi sorgum, bubur sorgum dan sejenisnya dan bahan tepung dapat mensubstitusi terigu untuk berbagai olahan tergantung formula substitusi dan fisikokimianya," ujar Azrai.
Senada dengan Azrai, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Haris Syahbuddin di tempat terpisah menyampaikan bahwa sorgum sangat layak dikembangkan menjadi bahan pangan pengganti beras karena sorgum memiliki nilai tambah sebagai bahan pangan.
"Sorgum mengandung mineral khususnya unsur Fe yang cukup memadai yaitu 4-5,5 mg/100g, mineral yang terkandung dapat mengatasi stunting (terhambat pertumbuhan dan perkembangannya) pada anak usia tumbuh.
Selain kandungan Fe di dalam sorgum, Balitsereal fokus mengeksplorasi kandungan fungsional sorgum lainnya seperti polyphenol, asam fitat, aktivitas antioksidan beberapa varietas sorgum (VUB) khusus untuk pangan.
Ekplorasi tersebut mulai dari bahan setengah jadi dalam bentuk butiran sosoh, tepung sampai aneka produk akhir siap konsumsi.
Dengan kandungan fungsional yang dimiliki sorgum serta potensi pengembangan sorgum di Indonesia yang masih sangat besar, khususnya pada daerah tadah hujan atau lahan kering dengan tingkat curah hujan yang terbatas, maka komoditas ini sangat menjanjikan dalam upaya akselerasi diversifikasi pangan bagi masyarakat Indonesia.
KEYWORD :Balitbangtan Kementan PanganSorgum Diversifikasi Pangan