Prof. Dr. Suciati (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Guru Besar Teknologi Pendidikan Universitas Terbuka Prof. Dr. Suciati menyambut positif kebijakan `Kampus Merdeka` Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, terkait belajar tiga semester di luar program studi (prodi).
Menurut dia, cara yang sudah banyak diterapkan oleh perguruan tinggi di luar negeri ini lebih potensial untuk menghasilkan lulusan dengan wawasan, keahlian, dan perspektif yang lebih luas.
"Ini penting, jadi seorang lulusan itu tidak terbatas pada bidang keahliannya saja, tapi bisa menghubungkan dengan perspektif berpikir yang lain," kata Suciati kepada Jurnas.com pada Kamis (13/2).
Alumnus Syracuse University, New York ini mencontohkan, mahasiswa yang menempuh prodi pendidikan di perguruan tinggi, disarankan pula mengambil sejumlah mata kuliah di prodi ilmu komunikasi dan prodi manajemen.
Alasannya, lanjut Suciati, ada banyak wawasan mengenai komunikasi dan manajemen yang selama ini tidak pernah disinggung secara mendalam di prodi pendidikan.
"Supaya nanti seorang guru itu punya wawasan manajemen dan komunikasi. Hal itu semakin memperkuat guru ketika harus mengelola pembelajaran yang lebih efektif," ujar dia.
"Bisa pula seorang insinyur belajar ekonomi dan psikologi. Kenapa tidak? Mungkin akan berbeda keluarannya nanti di masyarakat," imbuh Suciati.
Suciati optimistis mahasiswa akan siap dengan sistem semacam ini. Apalagi di era digital 4.0, seluruh materi pembelajaran sudah sangat mudah dapat diakses melalui gawai.
Namun yang masih menjadi pekerjaan rumah ialah dosen akan dituntut untuk mendesain suatu pembelajaran, yang mampu mengintegrasikan multi perspektif tersebut.
"Tantangan sekarang, dosen harus menjadi learning content creator dan learning strategy model creator, untuk mengintegrasikan perspektif yang luas itu," kata dia.
Seperti diketauhi, dalam episode kedua kebijakan Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem, kini mahasiswa memiliki hak untuk melakukan kegiatan selama tiga semester di luar prodinya.
Kegiatan yang tetap terhitung satuan kredit semester (SKS) itu dapat dilaksanakan dalam bentuk belajar di prodi lain, magang di perusahaan, mengabdi di desa, wirausaha, pertukaran pelajar, hingga proyek riset.
Magang, Simbiosis Mutualisme Mahasiswa dan Perusahaan
Suciati tidak sepakat dengan sejumlah pandangan minor yang menyebut kegiatan magang di perusahaan selama tiga semester, hanya akan menguntungkan perusahaan karena mendapatkan tenaga gratis dari mahasiswa.
Menurut dia, kebijakan ini justru memberikan keuntungan pada kedua belah pihak sebagai sebuah simbiosis mutualisme.
"Jangan terlalu cepat mengatakan seperti itu (kapitalis), ambil manfaatnya. Bagaimanapun juga, wawasan itu kalau tidak dimanfaatkan itu tidak banyak berguna," tutur Suciati.
Di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, kata Suciati, kolaborasi antara perguruan tinggi dan perusahaan menjadi ruang bagi mahasiswa untuk mengimplementasikan kemampuan mereka, sembari tetap memperhatikan kebutuhan industri.
"Di Nanyang, bahkan pebisnis diberi ruang sendiri. Mereka datang, mengobrol dengan mahasiswa. `Saya punya proyek ini, saya butuh ini`. Dengan begitu skill mereka dikenal oleh bisnis," kata dia.
"Jadi tidak istilah memanfaatkan mahasiswa, karena mereka sama-sama merasakan manfaat. Timbal baliknya ada," tandas Suciati.
KEYWORD :Kampus Merdeka Suciati Perguruan Tinggi