IKANU Mesir akan menghelat Rakernas di Cirebon, 7 - 8 Maret 2020
Jakarta, Jurnas.com - Ikatan Alumni Nahdlatul Ulama (IKANU) Mesir akan menghelat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Cirebon, Jawa Barat pada 7-8 Maret 2020.
Ketua IKANU Mesir, KH Faiz Syukron Makmun, menyebut ada tiga isu utama yang akan disoroti dalam Rakernas IKANU bertemakan “Nahdliyin dan Tantangan Ekonomi 4.0” ini.
Tiga isu utama itu adalah, pertama terkait mitigasi bencana yang didalamnya membahas kesiapan menghadapi wabah virus corona masuk ke Indonesia.
Kedua terkait kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin yang masih menganga, dan ketiga mengupas penguatan Islam moderat sebagai identitas Islam Indonesia.
"Kita bahas juga mitigasi bencana antara lain terkait dengan kesiapan pemerintah menghadapi wabah virus corona," ujar Gus Faiz kepada wartawan di Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Menurut Gus Faiz, pemerintah belum sepenuhnya siap menghadapi ancaman masuknya virus corona, padahal semestinya pemerintahlah yang memegang peran sentral dan vital menangkal virus corona.
Salah satu indikator ketidaksiapan pemerintah itu, jelas Gus Faiz, adalah munculnya panic buying. Artinya masyarakat menjadi panik dan ketakutan karena pemerintah tak mampu menciptakan rasa tenang ataupun menekan rasa panik di masyarakat.
Belajar dari pengalaman Singapura, lanjut Gus Faiz, kebutuhan utama masyarakat seperti masker dan hand sanitizer (cairan pencuci tangan) dipenuhi langsung oleh pemerintah setempat.
"Langkah ini sangat membantu dalam menekan kepanikan publik yang justru bisa kontraproduktif," lanjutnya.
Begitu juga, kata Gus Faiz, langkah tegas pemerintah Arab Saudi menutup kunjungan warga negara asing bisa dijadikan pertimbangan untuk menekan laju pandemi corona yang cukup pesat.
"Dalam kaidah Islam sebaiknya mengedepankan maslahat keselamatan jiwa ketimbang meraup devisa," tuturnya Gus Faiz.
Dijelaskan Gus Faiz, persoalan kedua yang dibahas dalam Rakernas yang akan dihadiri ratusan alumni aktivis NU Mesir dari berbagai daerah ini, adalah terkait dengan pemerataan keadilan ekonomi.
Dia menilai masih ada ketimpangan ekonomi. Jika Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan per September 2019 sebesar 9,22 persen atau menyisakan 24,7 juta jiwa lagi, namun faktanya jurang antara si kaya dan si miskin masih sangat timpang.
"Hanya segelintir warga Indonesia yang menguasi segala lini perekonomian di Tanah Air. Tentu ini yang kita sayangkan dan perlu kesadaran bersama agar jurang kesenjangan ini terkikis," paparnya.
Adapun terkait penguatan Islam moderat sebagai identitas Islam Indonesia, Gus Faiz menegaskan moderasi beragama tersebut sejatinya dapat diaplikasikan dalam berbagai lini kehidupan.
"Konsepsi moderasi Islam ini bisa mendasari sikap dalam hidup berbangsa dan bernegara," jelas Gus Faiz.
Sekjen IKANU, M Anis Mashduqi, mengatakan Rakernas ini digelar sebagai wujud tanggung jawab alumni NU yang pernah menempuh studi di Mesir dalam menjawab berbagai persoalan umat dan bangsa.
Dia menekankan Rakernas menjadi momentum untuk memperkuat peran para kader NU di tengah-tengah masyarakat. Peran tersebut dalam kancah lokal, nasional, dan internasional.
"Kita ingin Rakernas mengakselerasi kontribusi sekaligus mendistribusikan kerja nyata para alumni NU Mesir,” kata dia.
Pada kesempatan sama, Ketua panitia pelaksana Rakernas IKANU, Mukhlis Yusuf Arbi, menyatakan berbagai kegiatan akan digelar selama Rakernas. Di antaranya adalah simposium nasional, sharing, dan ekspo karya para anggota IKANU.
Kegiatan pra-acara juga digelar, antara lain focuss group discussion (FGD), dan silaturahim ke tokoh-tokoh NU.
Mukhlis berharap kegiatan ini memotivasi para alumni IKANU Mesir untuk mengambil peran utama dalam kaitan hubungan antara Institusi Al Azhar Mesir dan keluarga besar NU di Tanah Air.
"Saya rasa kesamaan ideologi dan pergerakan Al Azhar dengan NU bisa jadi pintu masuknya," tuntas Mukhlis.
IKANU Mesir Virus Corona